I.      PENDAHULUAN
1.1.   Latar Belakang
Kegiatan budidaya tanaman pertanian merupakan salah satu kegiatan yang paling dikenal oleh banyak kalangan manusia dan mengubah total bentuk kebudayaan. Sejalan dengan peningkatan peradaban manusia, teknik budidaya tanaman juga berkembang menjadi berbagai sistem yang paling sederhana sampai sistem yang canggih. Berbagai teknologi budidaya dikembangkan guna mencapai produktivitas yang diinginkan.
Sorgum merupakan genus yang terdiri dari 20 spesies rumput-rumputan, berasal dari kawasan tropis hingga subtropis di Afrika Timur, dengan satu spesies di antaranya berasal dari Meksiko. Tanaman ini dibudidayakan di Eropa Selatan, Amerika Tengah dan Asia Selatan. Sorgum merupakan tanaman dari keluarga Poaceae dan marga Sorghum. Sorgum sendiri memiliki 32 spesies. Diantara spesies-spesies tersebut, yang paling banyak dibudidayakan adalah spesies Sorghum bicolor (japonicum).
Tanaman yang lazim dikenal masyarakat Jawa dengan nama “Cantel” ini sekeluarga dengan tanaman serealia lainnya seperti  padi, jagung, hanjeli dan gandum serta tanaman lain seperti bambu dan tebu. Dalam taksonomi, tanaman-tanaman tersebut tergolong dalam satu keluarga besar Poaceae yang juga sering disebut sebagai Gramineae (rumput-rumputan). Tanaman sorgum merupakan jenis tanaman serealia yang memiliki kandungan gizi seperti karbohidrat, lemak, kalsium, besi, serta fosfor. Selain dapat digunakan sebagai pengganti pangan, sorgum bisa digunakan sebagai bahan baku industri kertas, bahan baku pakan ternak, serta bahan baku media jamur merang.
Dalam budidaya untuk memperoleh hasil yang optimal diperlukan persiapan lahan untuk media tanam yang baik, pemilihan benih yang baik, penanaman dengan memperhatikan jarak tanam, pemeliharaan terhadap tanaman dengan melalukan penyiraman, penyiangan, pengendalian hama, gulma dan penyakit serta yang terakhir adalah pemanenan dengan kriteria tanaman yang sudah masak. Sedangkan perlakuan yang juga penting adalah harus tersedianya makanan dan nutrisi yang cukup seperti perlakuan pemupukan. Pemupukan dengan pupuk organik untuk menambah hara dalam tanah seperti Urea, TSP dan KCL. Pupuk organik yang biasanya digunakan adalah pupuk kandang. Pemilihan varietas tanaman serta kondisi lingkungan serta tanah yang baik dan mendukung sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
Tanah atau medium/substrat merupakan pemasok hara dan air yang diperlukan tanaman selain sebagai tempat hidup komponen biotik, baik yang menguntungkan maupun yang merugikan. Iklim terdiri dari unsur/unsur seperti udara, angin, suhu, kelembaban udara, cahaya matahari, dan hujan. Lingkungan biotik meliputi hama, penyakit dan gulma yang merugikan dan makhluk lainnya yang menguntungkan tanaman.
Bermacam-macam cara pembiakan tanaman secara vegetatif diantaranya adalah memperbanyak tanaman dengan cara menyetek. Perbanyakan tanaman ini juga diperoleh tanaman baru yang mempunyai sifat seperti induknya. Antara lain ketahanan terhadap serangan penyakit, rasa buah, warna dan keindahan bunga dan sebagainnya.
Menyetek merupakan salah satu cara pembiakan vegetatif buatan yang memperlakukan beberapa bagian dari tanaman seperti akar, batang, daun dan tunas dengan maksud agar organ-organ tersebut membentuk akar yang selanjutnya menjadi tanaman baru yang sempurna. Menyetek bertujuan untuk mendapatkan tanaman yang sempurna dengan akar, batang dan daun dalam waktu relative singkat serta memiliki sifat yang serupa dengan induknya, serta dipergunakan untuk mengekalkan klon tanaman unggul dan juga untuk memudahkan serta mempercepat perbanyakan tanaman. Setiap jenis tanaman mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam pembentukan akar meskipun setek dalam kondisi yang sama.
Praktikum budidaya tanaman makanan dan hortikultura yang dilakukan yaitu membudidayakan tanaman sorgum dan stek tanaman hias yaitu bunga anggrek, bunga melati jepang, bunga aglaonema dan bunga pucuk merah.
1.2.   Tujuan
Tujuan praktikum budidaya ini yaitu:
1.      Mengenal dan mengetahui jenis – jenis tanaman makanan dan hortikultura.
2.      Mengenal dan mengetahui morfologi dan klasifikasi tanaman sorgum.
3.      Mengetahui dan memahami teknis budidaya tanaman sorgum.
4.      Mengetahui cara pemupukan tanaman sorgum.
5.      Mengetahui cara pengaplikasian pestisida untuk tanaman sorgum.
6.      Mengetahui dan memahami perbanyakan tanaman secara vegetatif (menyetek  tanaman hias).
II.  TINJAUAN PUSTAKA
2.1.  Tanaman Sayur
Sayuran merupakan sebutan umum bahan pangan asal tumbuhan yang biasanya mengandung kadar air tinggi dan dikonsumsi dalam keadaan segar atau setelah diolah secara minimal. Sebutan untuk beraneka jenis sayuran disebut sebagai sayur-sayuran atausayur-mayur. Sejumlah sayuran dapat dikonsumsi mentah tanpa dimasak sebelumnya, sementara yang lainnya harus diolah terlebih dahulu dengan cara direbus, dikukus atau diuapkan.
Jenis sayuran yang tedapat di Indonesia sangat melimpah, mulai dari dataran tinggi sampai dataran rendah memiliki jenis sayuran yang berbeda-beda. Sebagai bahan pangan, sayur bukanlah bahan pokok, melainkan hanya pelengkap. Meskipun demikian sayur tidak dapat diabaikan begitu saja, setiap orang baik muda, tua atau berdasarkan tingkat ekonominya memerlukan sayur sebagai makanan sehari-hari (Nazaruddin, 2000).
Dua golongan besar sayur-sayuran pertama berdasarkan suhu tempat tumbuh dan kedua ketinggian tempat tumbuh dari permukaan laut. Jenis sayuran dataran tinggi antara lain kentang, kubis, paprika dan wortel, dan jenis sayuran dataran rendah antara lain bayam, sawi, kangkung, kacang panjang, kecipir, mentimun, kedua golongan ini di konsumsi oleh manusia (Nazaruddin, 2000).
Pentingnya mengkonsumsi sayuran menjadi alasan banyak orang mengkonsumsi sayur. Sayur dibutuhkan manusia untuk berbagai macam manfaat, kandungan aneka vitamin, karbohidrat dan mineral pada sayur tidak dapat disubstitusi dengan makanan pokok.
2.2.   Tanaman Pangan
Bahan pangan di setiap wilayah berbeda-beda sesuai dengan keadaan tempat dan budaya. Biasanya tanaman pangan yang digunakan adalah berasal dari tanamnan baik dari serealia seperti beras, jagung, kedelai, maupun umbi-umbian seperti, ubi kayu, ubi jalar, kentang dan talas.
Tanaman pangan adalah segala jenis tanaman yang di dalamnya terdapat karbohidrat dan protein sebagai sumber energi manusia. Tanaman pangan juga dapat dikatakan sebagai tanaman utama yang dikonsumsi manusia sebagai makanan untuk memberikan asupan energi bagi tubuh.
Tanaman pangan dikelompokkan berdasarkan umur, yaitu tanaman semusim dan tanaman tahunan. Tanaman semusim adalah tanaman dipanen dalam satu musim tanam, yaitu antara 3-4 bulan, seperti jagung dan kedelai atau antara 6-8 bulan, seperti singkong. Tanaman tahunan adalah tanaman yang terus tumbuh setelah berproduksi atau menyelesaikan siklus hidupnya dalam jangka waktu lebih dari dua tahun, misalnya sukun dan sagu.
Tanaman pangan dibagi menjadi 3 kelompok yaitu :
a.       Serealia
Serealia adalah sekelompok tanaman yang ditanam untuk dipanen dan dimanfaatkan bijinya atau sebagai sumber karbohidrat. Sebagian besar serealia termasuk dalam anggota suku padi-padian yang biasa disebut sebagai serealia sejati. Tanaman serealia yang banyak dikonsumsi manusia antara lain, padi, jagung, gandum, gandum durum, jelai, haver, dan gandum hitam.
b.      Biji-bijian
Biji-bijian adalah segala tanaman penghasil biji-bijian yang didalamnya terkandung karbohidrat dan protein. Tanaman biji-bijian yang sering kita konsumsi antara lain seperti kedelai, kacang tanah dan kacang hijau.
c.       Umbi-umbian
Tanaman pangan selanjutnya berasal dari jenis umbi-umbian. Tanaman umbi-umbian adalah tanaman yang ditanam untuk dipanen umbinya karena di dalam umbi terdapat kandungan karbohidrat untuk sumber nutrisi bagi tubuh. Tanaman umbi-umbian yang biasa dimanfaatkan manusia antara lain seperti ubi kayu (singkong), ubi jalar (muntul), talas, wortel, kentang, ganyong dan sebagainya.
d.      Jenis tanaman lainnya
Selain ketiga jenis tanaman pangan yang telah disebutkan diatas. Tanaman pangan juga ternyata ada yang terdapat diluar ketiga jenis tersebut seperti sagu yang diambil batangnya dan sukun yang merupakan buah.
2.3.  Tanaman Hias
Tanaman hias merupakan salah satu dari pengelompokan berdasarkan fungsi dari tanaman hortikultura. Oleh karena itu dalam konteks umum tidak menutup kemungkinan bahwa suatu tanaman sayuran, tanaman obat, atau  tanaman buah menjadi tanaman hias, atau sebaliknya (Wikipedia, 2015).
Tanaman hias mencakup semua tumbuhan, baik yang berbentuk terna, merambat, semak, perdu, ataupun pohon, yang sengaja ditanam orang sebagai komponen taman, kebun rumah, penghias ruangan, sarana peralatan upacara agama dan kenegaraan, komponen riasan/busana, atau sebagai komponen karangan bunga. Menurut Zulkarnain (2009), yang dimaksud dengan tanaman  hias adalah semua tanaman yang dibudidayakan dengan tujuan untuk dinikmati keindahannya. Oleh karena itu, berdasarkan definisi tersebut maka sesungguhnya pengelompokan tanaman hias tidak hanya terbatas pada tanaman bunga-bungaan saja, akan tetapi tanaman hias juga termasuk tanaman perkebunan atau kehutanan yang memiliki nilai keindahan dari segi bentuknya dan dibudidayakan untuk tujuan menambah keindahan dan keasrian lingkungan hidup.

a)      Pengelompokan Tanaman Hias

Banyak kriteria yang dapat dijadikan dasar pengelompokan tanaman hias, namun secara umum pengelompokan tanaman hias adalah sebagai berikut (Zulkarnain, 2009).

a)      Tanaman hias berdasarkan bagian tanaman yang dinikmati

Beberapa bagian tanaman hias yang dapat dinikmati keindahannya adalah bunga, buah, batang dan daun.

1.  Bunga, keindahan bunga tanaman hias dapat dinilai dari variasi warna yang dimiliki dan atau bentuk bunga itu sendiri. Tergolong dalam kelompok ini misalnya tanaman anggrek, mawar dan kembang merak. Beberapa jenis anggrek yang dijumpai misalnya Dendrobium crumenatum yang berwarna putih, Phalaenopsis violacea yang berwarna merah dengan labelum berwarna kuning, Vanda Rothschildiana yang memiliki bentuk kelopak dan mahkota bunga membulat dengan warna ungu tua dan Arachnis flos aeris yang memiliki bentuk bunga seperti laba-laba dengan variasi warna yang beragam dari kuning hingga cokelat. Sedangkan pada bunga mawar pada umumnya yang dinikmati adalah warna bunganya yang kebanyakan berwarna merah menyala. Namun demikian, kemajuan teknologi pemuliaan telah berdampak pada terciptanya beraneka ragam variasi warna pada mawar hibrida seperti kuning, ungu, biru, pink, putih dan kombinasi dari warna-warna tersebut. Adapun kembang merak (Caesalpinia pulcehrima) yang bunganya berwarna jingga hingga merah menyala. Sepintas tanaman ini bentuknya mirip burung merak yang sedang mengembangkan ekornya.
2.  Buah, tanaman hias yang dinikmati keindahan buahnya misalnya sejumlah tanaman buah-buahan yang ditanam dalam di dalam pot dengan tujuan untuk dinikmati keindahan atau keunikan bentuk buahnya misalnya durian (Durio zibethinus), jambu biji (Psidium guajava) dan jeruk sunkist (Citrus sp.). Pada umumnya kebiasaan budidaya menjadikan tanaman tersebut sebagai tanaman pekarangan dan menjadikan tanaman tersebut terkesan aneh dan indah bila berada di dalam pot.
3.  Batang, keunikan warna dan tekstur kulit batang dapat menjadikan spesies tanaman tertentu khususnya pohon-pohonan akan memiliki nilai keindahan tersendiri. Palem botol memiliki keunikan bentuk batang yang membulat menyerupai botol, Pinus (Pinus sp.) yang memiliki tekstur kulit batang yang kasar dan berwarna gelap, kayu putih (Eucalyptus sp.) dan masih banyak jenis tanaman hias lain yang memberikan nilai keindahan dari keunikan warna dan tekstur kulit batang.
4.  Daun, daun merupakan bagian tanaman yang dapat memberikan kesan keindahan tersendiri baik dipandang dari variasi warna yang dipancarkan maupun bentuknya yang khas. Beberpa tanaman hias yang dinilai dari keindahan daunnya misalnya Poding (Codiaeum variegatum) yang memiliki daun berwarna-warni seperti kombinasi kuning dengan hijau dan ada pula kombinasi merah dengan cokelat, Kastuba (Euphorbia pulcherima) yang memiliki daun berwarna merah menyala.

b)     Tanaman hias berdasarkan tujuan budidaya

Berdasarkan tujuan budidayanya, tanaman hias dapat dikelompokkan menjadi tanaman hias untuk bunga pot, tanaman hias untuk bunga potong, dan tanaman hias untuk taman.

1.  Tanaman hias untuk bunga pot adalah tanaman hias yang ditanam di dalam pot dengan berbagai ukuran, bentuk dan corak. Selain itu, keindahan wadah atau pot yang digunakan juga memiliki keindahan tersendiri yang dapat menambah pesona tanaman hias didalamnya. Pot yang digunakan dapat digantung (pot gantung/ hanging basket) atau dapat diletakkan diatas lantai. Umumnya tanaman hias yang ditanam didalam pot adalah yang memiliki ukuran kecil sampai sedang (rata-rata memiliki ketinggian kurang dari dua meter).
2.  Tanaman hias untuk bunga potong umumnya diusahakan dikebun, baik dalam pola hamparan maupun berselang-seling atau kombinasi antara beberapa jenis bunga dengan tujuan untuk efisiensi tempat. Tujuan budidaya tanaman bunga hias potong adalah untuk menghasilkan kuntum bunga berikut tangkainya atau batangnya dan dipasarkan dalam bentuk kuntum, tangkai, atau dalam bentuk karangan bunga. Dapat dikatakan hampir semua tanaman hias bunga potong adalah tanaman hias yang dinilai keindahannya berdasarkan warna, ukuran, dan bentuk bunganya, misalnya angrek, mawar, gladiol, krisan, lili, anyelir dan sebagainya.
3.  Tanaman hias untuk taman dapat berupa semua jenis tanaman hias, baik berbunga maupun tidak, mulai dari jenis rumput-rumputan sampai pohon- pohonan. Dengan penataan dan memperhitungkan prinsip-prinsip desain maka kehadiran berbagai jenis tanaman hias dengan beraneka corak warna, bentuk dan ukuran akan membuat lingkungan taman menjadi nyaman.

c)      Tanaman hias berdasarkan sifat pertumbuhan
Apabila dilihat dari sifat pertumbuhannya, tanaman hias dapat dikelompokkan menjadi tanaman hias rumput-rumputan, tanaman hias merambat, tanaman hias semak, tanaman hias terna, dan tanaman hias pohon-pohonan.1.  Tanaman hias dari kelompok rumput-rumputan terdiri dari berbagai jenis rumput (Poaceae) yang tidak tergolong gulma (weed). Rumput yang banyak digunakan untuk taman tidak memerlukan perawatan intensif seperti pemangkasan yang terlalu sering serta tahan terhadap kekeringan. Contoh yang paling banyak ditemui adalah rumput pait (Axonopus compressus), rumput pait termasuk jenis rumput yang mudah perawatannya dan relatif tahan terhadap kekeringan. Sedangkan rumput jepang (Agrostis palustris) dan rumput manila (Zoysia matrella) yang memiliki daun-daun halus lebih sulit dipelihara karena seringkali tumbuhnya dibarengi oleh rumput jenis lain yang tergolong gulma. Biasanya kehadiran lapangan rumput dalam taman memiliki arti yang penting karena taman tidak hanya dinikmati oleh mata saja, namun seluruh tubuh manusia, misalnya berlari-lari, duduk sambil bercengkerama dan sebagainya. Bahkan lapangan rumput dapat pula menjadi sarana olahraga seperti golf, sepakbola, atau hanya sekedar jogging.
2.  Tanaman hias merambat terdiri atas tanaman-tanaman yang tumbuhnya merambat, baik di atas tanah, merambat pada tanaman lain maupun merambat pada benda-benda mati disekitarnya seperti tembok, tiang, ataupun patung kayu dan batu. Meskipun tanaman hias jenis ini dapat merambat pada tanaman lain, namun bukan berarti tanaman ini termasuk benalu. Beberapa jenis tanaman hias merambat misalnya sutera Bombay (Portulaca grandiflora), ivy, dan sirih gading.
3.  Tanaman hias semak biasanya dikelompokkan menjadi semak rendah (ketinggian hingga satu meter), semak sedang (ketinggian hingga dua meter), dan semak tinggi (ketinggian hingga tiga meter).  Beberapa jenis yang tergolong semak misalnya alamanda (Allamanda chatartica), kembang merak, kembang sepatu, kaca piring, soka (Ixora sp.), dan sebagainya. Tanaman hias semak umumnya ditanam sebagai pembatas atau pagar hidup, baik di taman-taman maupun di halaman rumah atau kantor.
4.  Tanaman hias terna merupakan tanaman hias yang berbatang basah atau banyak mengandung air. Pada umumnya, tanaman hias dari kelompok ini tumbuh di tempat-tempat (habitat) yang basah dan lembab, namun tidak tergenang air (becek). Beberapa jenis tanaman hias yang termasuk dalam kelompok terna misalnya pisang-pisangan (Heliconia sp.), lidah buaya (Alloe sp.) kembang tasbih (Canna sp.) dan berbagai jenis keladi.

2.4.  Pupuk

Pupuk di defenisikan sebagai material yang ditambahkan ke tanah atau tajuk tanaman dengan tujuan untuk melengkapi ketersediaan unsur hara. Bahan pupuk yang paling awal digunakan adalah kotoran hewan, sisa pelapukan tanaman, dan arang kayu (Novizan, 2005).
Pupuk ialah bahan yang diberikan ke dalam tanah baik yang organik maupun yang anorganik dengan maksud untuk mengganti kehilangan unsur hara dari dalam tanah dan bertujuan untuk meningkatkan produksi tanaman dalam keadaan faktor keliling atau lingkungan yang baik (Sutejo, 1999).
Pupuk bagi tanaman sama seperti makanan pada manusia. Oleh tanaman, pupuk digunakan untuk hidup, tumbuh, dan berkembang. Jika dalam makanan manusia dikenal ada istilah gizi maka dalam pupuk yang beredar saat ini terdiri dari bermacam-macam jenis, bentuk, warna, dan merek. Namun, berdasarkan cara aplikasinya hanya ada dua jenis pupuk akar dan pupuk daun. Manfaat pupuk adalah menyediakan unsur hara yang kurang atau bahkan tidak tersedia di tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Namun, secara lebih terinci manfaat pupuk ini dapat dibagi dalam dua macam, yaitu yang berkaitan dengan perbaikan sifat fisik dan kimia tanah (Marsono, 2005).
Pupuk merupakan kunci dari kesuburan tanah karena berisi satu atau lebih unsur untuk menggantikan unsur yang habis terisap tanaman. Pupuk mengenal istilah makro dan mikro. Meskipun belakangan ini jumlah pupuk cenderung makin beragam dengan aneka merek, kita tidak akan terkecoh dan tetap berpedoman kepada kandungan antara unsur makro dan mikro yang digunakan (Lingga, 2001).

A.    Klasifikasi Pupuk


a)      Pupuk Organik
Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari sisa-sisa mahluk hidup yang diolah melalui proses pembusukan (dekomposisi) oleh bakteri pengurai. Contohnya adalah pupuk kompos dan pupuk kandang. Pupuk kompos berasal dari sisa-sisa tanaman, dan pupuk kandang berasal dari kotoran ternak. Pupuk organik mempunyai komposisi kandungan unsur hara yang lengkap, tetapi jumlah tiap jenis unsur hara tersebut rendah. Kelebihan dari pupuk organik, sehingga sangat disukai para petani, yaitu :
1.  Memperbaiki struktur tanah, terjadi karena organisme tanah pada saat penguraian bahan organik dalam pupuk bersifat sebagai perekat dan dapat mengikat butir-butir tanah menjadi butiran yang lebih besar.
2.  Menaikkan daya serap tanah terhadap air, bahan organik memiliki daya serap yang besar terhadap air tanah.
3.  Menaikkan kondisi kehidupan di dalam tanah, disebabkan oleh organisme dalam tanah yang memanfaatkan bahan organik sebagai makanan.
4.  Sebagai sumber zat makanan bagi tanaman, pupuk organik mengandung zat makanan yang lengkap meskipun kadarnya tidak setinggi pupuk anorganik.

B.     Jenis-jenis Pupuk Organik

Pupuk organik dibagi berdasarkan asal bahan terbentuknya sebagai berikut:

a.        Pupuk kandang
Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kandang ternak, baik berupa kotoran padat (feses) yang tercampur sisa makanan maupun air kencing (urine). Kadar hara kotoran ternak berbeda-beda karena masing- masing ternak mempunyai sifat khas tersendiri.
b.        Kompos
Kompos merupakan hasil dari pelapukan bahan-bahan berupa dedaunan, jerami, alang-alang, rumput, kotoran hewan, sampah kota, dan sebagainya. Proses pelapukan bahan-bahan tersebut dapat dipercepat melalui bantuan manusia.
c.        Pupuk hijau
Disebut pupuk hijau karena yang dimanfaatkan sebagi pupuk adalah hijauan, yaitu bagian-bagian seperti daun, tangkai, dan batang tanaman tertentu yang masih muda. Tujuannya, untuk menambah bahan organik dan unsur-unsur lainnya ke dalam tanah, terutama nitrogen (Sutejo, 2002).
d.        Pupuk Bokashi
Bokashi adalah pupuk kompos yang dibuat dengan proses peragian bahan organik dengan teknologi EM4 (Effective Microorganisme 4) atau disebut dengan hasil fermentasi. Keunggulan penggunaan teknologi EM4 adalah pupuk organik dapat dihasilkan dalam waktu yang lebih cepat dibandingkan dengan cara konvensial.
EM4 (Effective Microorganisme 4) mengandung ragi, bakteri fotosintetik, jamur pengurai, selulosa azotobacter sp. Dan Lactobacillus sp. Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan bokashi dapat diperoleh dengan mudah di sekitar lahan pertanian seperti jerami, sekam (kulit padi), dan seterusnya. Tetapi yang paling baik digunakan sebagai bahan pokok adalah dedak (bekatul) karena kandungan zat gizinya sangat baik untuk mikro-organisme. Ada beberapa jenis pupuk bokashi yaitu :
1.        Bokashi Jerami dan Bokashi Pupuk Kandang
Bokashi jerami sangat baik digunakan untuk melanjutkan proses pelapukan mulsa dan bahan organik lainnya di lahan pertanian. Bokashi jerami juga sesuai untuk diaplikasikan di lahan sawah. Sedangkan penggunaan bokashi pupuk kandang baik digunakan dalam pembibitan tanaman. Dan dapat diaplikasikan dengan tanah pada perbandingan 1:1.
2.        Bokashi Pupuk Kandang Ditambah Arang
Pembuatan Bokashi model ini sangat mudah dilakukan di lingkungan pertanian dan peternakan. Jadi, mudah untuk mendapatkan bahan yaitu kotoran hewan (pupuk kandang) dan sekam (kulit gabah beras), dimana untuk sekam diarangkan terlebih dahulu. Beberapa cara untuk membuat Arang sekam diantaranya yaitu :
-                     Pembuatan Arang Sekam dengan cara di bakar dalam tong
-                     Pembuatan Arang Sekam dengan cara disarangi
3.        Bokashi Pupuk Kandang Ditambah Tanah
Bokashi pupuk kandang tanah dipergunakan di dalam pembuatan tanaman. Dalam hal ini tersebut bokashi pupuk kandang cukup dicampur dengan tanah pada perbandingan 1:1.

C.    Pupuk Anorganik
Pupuk anorganik atau pupuk buatan adalah jenis pupuk yang dibuat oleh pabrik dengan cara mencampurkan berbagai bahan kimia sehingga memiliki persentase, misalnya, pupuk urea berkadar nitrogen 45-46%, (setiap 100 kg urea terdapat 45-46 kg hara nitrogen). Jenis-jenis pupuk anorganik menurut unsur hara yang dikandungnya dapat dibagi menjadi dua yaitu, pupuk tunggal dan pupuk majemuk.a.       Pupuk tunggal
Dikatakan pupuk tunggal karena hara yang dikandungnya hanya satu. Ke dalam kelompok pupuk tunggal ini ada tiga macam pupuk yang dikenal dan banyak beredar di pasaran, yaitu pupuk yang berisi hara utama nitrogen (N), hara utama fosfor (p), dan hara utama kalium (K). Selain itu, ada pula pupuk yang berisi hara utama magnesium (Mg).b.      Pupuk Majemuk

Pupuk majemuk merupakan pupuk campuran yang sengaja dibuat oleh pabrik dengan cara mencampurkan dua atau lebih unsur hara. Misalnya, pupuk Nitrogen dicampurkan dengan phospat menjadi pupuk NP, dan di campur lagi dengan kalium menjadi pupuk NPK. Kandungan hara dari pupuk ini lebih lengkap dibandingkan dengan pupuk tunggal.

D.    Jenis-jenis Pupuk Anorganik

a)      Pupuk Sumber Nitrogen
a.       Ammonium nitrat
Kandungan nitratnya membuat pupuk ini cocok untuk daerah dingin dan daerah panas. Amonium nitrat bersifat hidroskopis sehingga tidak dapat di simpan terlalu lama.

b.      Ammonium sulfat (NH4)2SO4

Pupuk ini dikenal dengan nama pupuk ZA. Mengandung 21% nitrogen dan 26% sulfur (S), berbentuk kristal dan bersifat kurang higroskopis.

c.       Kalsium nitrat

Pupuk ini berbentuk butiran, berwarna putih, sangat cepat larut dalam air, dan sebagai sumber kalsium yang baik karena mengandung 19% Ca. Sifat lainnya adalah bereaksi basa dan hidroskopis.

d.      Urea (CO(NH2)2)

Struktur Urea

Description: Urea
Gambar 2.1 Urea
Nama IUPAC   : Diaminomethanal
Rumus Molekul : (NH2)2CO
Rumus Bangun : NC(=O)N
Massa Atom      : 60, 07 g / mol

Sifat-sifat Pupuk Urea :

-   Berat jenis 1, 33 × 103 kg/m3
-   Kelarutan di dalam air 108 g/ 100 ml (200C)
-   Titik lebur 132, 7 0C (406 K)
-   Keasaman (Pka) 0, 18
-   Kebasaan (Pkb) 13, 82
-   Kelembaban 81% (20 0C) (http://id.wikipedia.org/wiki/Urea)
Pupuk urea mengandung 45-46% nitrogen (N). Karena kandungan N yang tinggi menyebabkan pupuk ini menjadi sangat higroskopis. Urea dibuat dari gas amoniak dan gas asam arang. Sifat lainnya adalah mudah tercuci oleh air, mudah terbakar oleh sinar matahari dan bereaksi secara endoterm. Keuntungan menggunakan pupuk urea adalah mudah diserap tanaman. Selain itu, kandungan N yang tinggi pada urea sangat dibutuhkan pada pertumbuhan awal tanaman. Kekurangannya bila diberikan ke dalam tanah yang miskin hara akan berubah ke wujud atau bahan awalnya, yakni amonia dan karbondioksida yang mudah menguap. % N urea secara teori adalah 46,666 % dapat dihitung dengan cara mengalikan 2 x Ar N/ Mr Urea x 100%. Pupuk Urea bukan hanya untuk pertanian, tapi bisa untuk tambak, industri, makanan dan masih banyak lainnya. Makanya sangat dibutuhkan, kalau warnanya sama maka akan ada kecurangan. Pupuk berwarna disebut pupuk bersubsidi untuk menghindari kecurangan, pencurian, dan penimbunan. Pupuk Urea yang tidak berwarna disebut pupuk nonsubsidi. Kemurnian pupuk Urea dapat diketahui dengan cara % N secara praktek / % N secara teori x 100%. Berdasarkan bentuk fisiknya maka urea dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu urea prill dan urea nonprill.
2.5.  Pestisida
2.5.1     Sejarah Pestisida
Pada dasarnya pestisida sudah lama digunakan oleh nenek moyang kita zaman dahulu. Tepatnya sekitar 4.500 tahun yang lalu atau 2.500 SM, dimana asap sulfur digunakan untuk mengendalikan tungau di Sumeria (Zulkarnain, 2010). Kemudian pada tahun 1960, digunakannya ekstrak daun tembakau sebagai insektisida. Pada tahun 1900, senyawa untuk memberantas gulma dan serangga secara organik pertama kali dibuat. Pada tanun 1883, Millardet menemukan bubur Bordeaux yang merupakan campuran kapur dengan terusi sebagai bahan pembasmi jasad pengganggu mikro. Selain itu pada abad ke-19, ditemukannya dua jenis pestisida alami dimana piretrum yang diekstrak dari chrysanthemum dan retenon yang diekstrak dari akar tuba Derris eliptica (Sastroutomo, 1992).
Pada tahun 1874, Othmar Zeidler telah mensintesis DDT (Dichloro Diphenyl Trichloroethane) untuk pertama kalinya. Namun, fungsi DDT sebagai pestisida khususnya untuk membunuh serangga baru ditemukan oleh seorang ahli kimia yang berasal dari Swiss, Paul Hermann Muller pada tahun 1939. Berkat penemuan tersebut, Paul mendapatkan nobel dalam bidang Physiology atau Medicini pada tahun 1948. Kemudian pada tahun 1940an pestisida sintetik mulai diproduksi dalam jumlah besar dan diaplikasikan secara luas ( Zulkarnain, 2009).
Setelah berakhirnya perang dunia kedua, banyak senyawa pestisida oganik yang dibuat untuk berbagai macam kebutuhan.  Senyawa hidrokarbon berklorin  juga mulai dihasilkan. Sampai saat ini, telah terdapat hampir 1000 jenis bahan aktif pestisida yang telah dibuat dengan 4000 jenis nama dagang beredar di seluruh dunia. (Sastroutomo, 1992). Penggunaan pestisida juga mengalami peningkatan setiap tahunnya. Sampai saat ini sekitar 2,5 juta ton pestisida digunakan setiap tahunnya. Dimana 75% negara yang menggunakan pestisida adalah negara-negara yang sedang berkembang (Zulkarnain, 2009).
Di Indonesia, kebutuhan pestisida meningkat dari tahun ketahun. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya bahan aktif yang beredar dipasaran. Pada tahun 1982, terdapat 286 jenis nama dagang yang beredar di pasaran dengan 41 perusahaan terdaftar. Jumlahnya meningkat pada tahun 1989 yaitu menjadi 570 nama dagang dengan 65 perusahaan terdaftar. Selain itu, jumlah bahan aktif yang terdaftar juga mengalami peningkatan mulai dari 199 bahan aktif yang terdaftar pada tahun 1982 meningkat menjadi 273 bahan aktif yang terdaftar pada tahun 1989 (Sastroutomo, 1992).

2.5.2     Pengertian Pestisida

Pestisida (Inggris : Pesticide) berasal dari kata pest yang berarti organisme pengganggu tanaman (hama) dan cide yang berarti mematikan atau racun. Jadi pestisida adalah racun yang digunakan untuk membunuh hama. Menurut USEPA (United States Environmental Protection Agency), pestisida merupakan zat atau campuran yang digunakan unuk mencegah, memusnahkan, menolak, atau memusuhi hama dalam bentuk hewan, tanaman dan mikroorganisme pengganggu (Soemirat, 2003 dalam Zulkanain, 2009). Berdasarkan SK Menteri Pertanian RI NO. 24/Permentan/SR.140/4/2011 tentang syarat dan tatacara pendaftaran pestisida menyatakan pestisida merupakan semua zat kimia dan bahan lain serta zat renik dan virus yang dipergunakan untuk:

1.  Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit yang merusak tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian;
2.  Memberantas rerumputan;
3.  Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan;
4.  Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman tidak termasuk pupuk;
5.  Memeberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan piaraan dan ternak;
6.  Memberantas atau mencegah hama-hama air;
7.  Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam rumah tangga, bangunan dan dalam alat-alat pengangkutan; dan/atau
8.  Memberantas atau mencegah biatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah atau air.
Sampai saat ini diperkirakan terdapat lebih dari 80.000-100.000 hama dan penyakit tanaman yang disebabkan oleh virus, bakteri, organisme yang menyerupai mikoplasma, riketsia, jamur patogen, gang-gang, dan tumbuhan parasit tingkat tinggi. Diperkirakan terdapat 30.000 jenis gulma yang tersebar secara merata dengan 1.800 jenis gulma yang dapat menurunkan hasil panen secara serius, terdapat 3.000 jenis nematoda yang menyerang tanaman dengan 1.000 jenis nematoda yang dapat menimbulkan kerusakan, dan terdapat lebih dari 800.000 serangga dengan 10.000 jenis serangga dapat menyebabkan kerusakan berat pada tanaman (Sastroutomo, 1992). Pestisida secara luas digunakan untuk memberantas hama dan penyakit dalam bidang pertanian. Selain itu pestisida juga digunakan dirumah tangga untuk membasmi nyamuk, lalat, kepinding, kecoa dan berbagai serangga pengganggu lainnya. Meskipun pengunaan pestisida sangat menguntungkan, penggunaannya yang berlebihan dan terus-menerus dapat menimbulkan efek yang bersifat negatif baik pada penggunanya, hewan-hewan ataupun lingkungan sekitar.

2.5.3          Formulasi Pestisida

Pada umumnya pestisida yang diperdagangkan bukanlah merupakan bentuk murni dari pestisida tersebut melainkan diproses terlebih dahulu oleh pabrik sebelum dapat digunakan atau diedarkan secara luas. Pembuatan pestisida akan memproses senyawa-senyawa murni dengan cara mencampurkan bahan pengemulsi, bahan pelarut, atau bahan pembasah tertentu. Proses inilah yang disebut dengan formulasi. Suatu jenis pestisida dapat diperoleh dalam beberapa bentuk formulasi yang berbeda, berikut adalah beberapa jenis formulasi pestisida yang umum digunakan dan diperdagangkan (Sastroutomo, 1992):

1.        Emulsi Pekat (Emulsifiable Concentrate)
Bahan ini merupakan formulasi cairan yang bahan aktifnya dapat larut dalam pelarut yang tidak larut dalam air seperti minyak. Oleh karena itu, jika formulasi ini dicampurkan dengan air maka akan membentuk emulsi pekat. Sehingga untuk mengurangi emulsi, maka dicampurkan zat penahan emulsi. Selain ditambahkannya zat penahan emulsi, pencampuran dosis yang sesuai dapat mengurangi terjadinya emulsi. Kestabilan emulsi sangat dipengaruhi oleh pH air dan kondisi penyimpanan.
Formulasi emulsi pekat dapat diperoleh dalam dua jenis yaitu cairan dengan kepekatan rendah (1-10% bahan aktif) dan cairan dengan kepekatan tinggi (10- 80% bahan aktif). Cairan dengan tingkat kepekatan yang rendah dapat digunakan untuk mengendalikan serangga yang terbang atau merayap. Sedangkan cairan dengan tingkat kepekatan yang tinggi dapat digunakan pada sayur-sayuran atau hewan ternak.
2.        Serbuk Basah (Wettable Powders)
Serbuk basah merupakan formulasi pestisida yang kering dengan kandungan bahan aktif yang cukup tinggi. Apabila formulasi ini dicampurkan dengan air, maka akan terbentuk dua lapisan yang terpisah dimana bagian serbuknya akan berada di bagian atas. Untuk menghindarai hal ini, formulasi dicampurkan dengan bahan pembasah (wetting agent), karena tanpa adanya bahan ini serbuk tidak akan dapat bercampur dengan air. Pada umumnya, formulasi serbuk basah mengandung 50-75% tanah liat atu bedak sehingga formulasi ini dapat cepat tenggelam ketika dicampur air dan mengendap di bagian bawah tangki penyemprot. Sehingga apabila akan digunakan harus diaduk terlebih dahulu.
Pestisida dalam formulasi ini sering digunakan untuk mengendalikan jenis jasad pengganggu. Jika dibandingkan dengan formulasi emulsi pekat, serbuk basah memeiliki harga yang relatif murah, mudah disimpan dan diangkut, serta lebih amna bagai pemaikai. Namun, formulasi ini dapat dengan cepat terhidup/terhisap oleh pemakai sehingga dianjurkan pemakai untuk menggunakan penutup hidung atau alat keselamatan lainnya.
3.        Serbuk Larut Air (Water Soluble Powders)
Sama halnya dengan formulasi serbuk basah, formulasi ini merupakan formulasi kering. Perbedaannya adalah formulasi ini dapat membentuk larutan jika dicampur dengan air. Formulasi ini biasanya mengandung 50% bahan aktif. Biasanya diperlukan bahan pembasah atau bahan perata jika digunakan untuk menyemprot tanaman yang mempunyai permukaan batang atau daun yang licin dan berbulu.

2.5.4          Klasifikasi Pestisida

Pestisida dapat dibedakan berdasarkan target sasarannya, cara kerja dan struktur kimia.

A.      Berdasarkan kegunaan dan asal katanya, menurut Sastrotomo (1992) pestisida dapat diklasifikasikan menjadi:
1.        Akarisida
Akarisida atau yang sering kita kenal dengan mitisida berasal dari kata akari yang berarti kutu atau tungau, mengandung senyawa kimia beracun yang digunakan untuk membunuh kutu, tungau, atau laba-laba.
2.        Algisida
Algisida berasal dari kata alga yang berarti ganggang, mengandung senyawa kimia yang biasanya digunakan untuk membunuh ganggang.
3.        Avisida
Avisida berasal dari kata avis yang berarti burung. Senyawa avisida biasanya digunakan untuk membunuh atau mengenyahkan burung.
4.        Bakterisida
Bakterisida berasal dari kata bacterium yang berarti jasat renik. Bakterisida mengandung senyawa kimia beracun yang dapat digunakan untuk membunuh bakteri.
5.        Fungisida
Fungisida berasal dari kata fungus yang berarti jamur yang mengandung senyawa kimia beracun dan bisa digunakan ntuk membunuh atau mencegah jamur.
6.        Herbisida
Herbisida berasal dari kata herba yang memiliki arti tumbuhan semusim. Herbisida mengandung senyawa beracun yang dapat dimanfaatkan untuk membunuh tumbuhan pengganggu yang sering disebut dengan gulma.
7.        Isektisida
Insektisida berasal dari kata insectum yang memiliki arti hewan berkuku. Insektisida merupakan suatu bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang dapat membunuh segala jenis serangga.
8.        Larvisida
Larvasida berasal dari kata lar yang berarti topeng atau hantu. Larvasida merupakan suatu senyawa kimia yang biasanya digunakan untuk membunuh larva.
9.        Moluskisida
Moluskisida berasal dari kata molluscus yang berarti tulang kerang lunak atau berkulit tipis. Moluskisida merupakan senyawa kimia yang
dapat digunakan untuk membunuh bekicot, kerang atau hewan bertulang lunak lainnya.
10.     Nematisida
Nematisida berasal dari kata nematode yang memiliki arti benang. Nematisida merupakan racun yang dapat digunakan untuk mengendalikan hewan dengan jenis nematode seperti cacing.
11.     Ovisida
Ovisida berasal dari kata ovum yang berarti telur. Ovisida merupakan racun yang dapat digunakan untuk membunuh telur.
12.     Piscisida
Piscisida berasal dari kata piscis yang memiliki arti ikan. Piscisida merupakan bahan senyawa kimia beracun yang digunakan untuk mengandalikan ikan mujair yang biasanya menjadi hama di dalam tambak atau kolam.
13.     Predisida
Predisida berasal dari kata praeda yang berarti predator. Predisida sendiri merupakan senyawa kimia beracun yang biasanya digunakan untuk membuhun hewan predator atau pemangsa seperti ular.
14.     Rodentisida
Rodentisida berasal dari kata roden yang berarti hewan penggerat. Rodentisida merupakan racun kimia yang dapat digunakan untuk membunuh hewan-hewan pengegerat seperti tikus.
15.     Silvisida
Silvisida berasal dari kata silva yang berarti hutan. Silvisida adalah bahan racun kimia yang biasanya digunakan untuk membunuh pohon liar yang terdapat di hutan.
16.     Termitisida
Termitisida berasal dari kata termes yang memiliki arti acing perusak kayu. Termitisida merupakan senyawa kimia berbahaya yang biasanya digunakan untuk membunuh rayap.
17.     Atraktans
Antraktans merupakan suatu senyawa kimia yang dapat digunakan untuk memikat serangga.
18.     Khemosterilan
Khemosterilan merupakan senyawa kimia yang digunakan untuk membuat serangga, burung atau hewan pengerat lainnya menjadi mandul.
19.     Defolian
Defolian adalah senyawa kimia yang digunakan sebagai peluruh daun.
20.     Desikan
Desikan adalah senyawa kimia yang dapt digunakan untuk mempercepat pengeringan pada tumbuhan.
21.     Feromon
Sama halnya seperti atraktans, feromon juga merupakan senyawa yang dapat digunakan untuk memikat serangga atau hewan vertebrata.
22.     Repelan
Repelan merupakan senyawa kimia yang digunakan untuk mengenyahkan serangga, kutu, tungau, anjing dan lainnya.
2.6.   Klasifikasi Sorghum
Klasifikasi ilmiah tanaman sorgum  menurut USDA (United States Departement of Agriculture) adalah sebagai berikut: Kerajaan (Plantae), Subkerajaan (Tracheobionta), Superdivisi (Spermatophyta), Divisi (Magnoliophyta), Kelas (Liliopsida), Subkelas (Commelinidae), Ordo (Cyperales), Famili (Poaceae), Genus (Sorghum Moench), Spesies (Sorghum Bicolor L.) (Widyaningsih dan A Mutholib. 1999.) 
Sorgum (Sorghum bicolor L.) merupakan salah satu jenis tanaman serealea yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan di Indonesia karena mempunyai daerah adaptasi yang luas. Tanaman sorgum toleran terhadap kekeringan dan genangan air, dapat berproduksi pada lahan marginal, serta relatif tahan terhadap gangguan hama/ penyakit. Biji sorgum dapat digunakan sebagai bahan pangan serta bahan baku industri pakan dan pangan seperti industri gula, monosodium glutamat (MSG), asam amino, dan industri minuman. Dengan kata lain, sorgum merupakan komoditas pengembang untuk diversifikasi industri secara vertikal (Sirappa, 2003).
1.  Morfologi
Menurut Ir. Jantje Laimeheriwa, 1990 Pada umumnya biji sorgum berbentuk bulat pair fang dengan ukuran biji kira -kira 4 x 2,5 x 3,5 mm. Berat biji bervariasi antara 8 mg - 50 mg, rata-rata berat 28 mg. Berdasarkan ukurannya sorgum dibagi atas:
a.       sorgum biji kecil (8 - 10 mg)
b.      sorgum biji sedang ( 1 2 - 24 mg)
c.       sorgum biji besar (25-35 mg)
Kulit biji ada yang berwarna putih, merah atau cokelat. Sorgum putih disebut sorgum kafir dan yang ber-warna merah/cokelat biasanya termasuk varietas Feterita. Warna biji ini merupakan salah satu kriteria menentukan kegunaannya. Varietas yang berwarna lebih terang akan menghasilkan tepung yang lebih putih dan tepung ini cocok untuk digunakan sebagai makanan lunak, roti dan lain-lainnya. Sedangkan varietas yang berwarna gelap akan menghasilkan tepung yang berwarna gelap dan rasanya lebih pahit. Tepung jenis ini cocok untuk bahan dasar pembuatan minuman. Untuk memperbaiki warm biji ini, biasanya digunakan larutan asam tamarand atau bekas cucian beras yang telah difermentasikan dan kemudian digiling menjadi pasta tepung.  
Tanaman sorgum (Sorghum bicolor) merupakan tanaman graminae yang mampu tumbuh hingga 6 meter. Bunga sorgum termasuk bunga sempurna dimana kedua alat kelaminnya berada di dalam satu bunga. Bunga sorgum merupakan bunga tipe panicle (susunan bunga di tangkai). Rangkaian bunga sorgum berada di bagian ujung tanaman.
Bentuk tanaman ini secara umum hampir mirip dengan jagung yang membedakan adalah tipe bunga dimana jagung memiliki bunga tidak sempurna sedangkan sorgum bunga sempurna.
Morfologi dari tanaman sorgum adalah :
1.  Akar : tanaman sorgum memiliki akar serabut
2.  Batang :tanaman sorgum memiliki batang tunggal yang terdiri atas ruas-ruas
3.  Daun : terdiri atas lamina (blade leaf) dan auricle
4.  Rangkaian bunga sorgum yang nantinya akan menjadi bulir-bulir sorgum.
Pada daun sorgum terdapat lapisan lilin yang ada pada lapisan epidermisnya. Adanya lapisan lilin tersebut menyebabkan tanaman sorgum mampu bertahan pada daerah dengan kelembaban sangat rendah. Lapisan lilin tersebut menyebabkan tanaman sorgum mampu hidup dalam cekaman kekeringan.
2.  Syarat tumbuh
a)      Iklim
Lahan  yang  cocok  untuk  pertumbuhan yang optimum untuk pertanaman sorgum adalah suhu optimum 23o-30oC, kelembaban relatif  20%-40%, suhu tanah ±25o C, ketinggian   ≤800m  dpl,  curah  hujan  375-425  mm/tahun  dan  pH 5,0 -7,5.
b)     Tanah
Tanaman sorgum (Shorgum bicolor L.) dapat berproduksi walaupun dibudidayakan di lahan kurang subur, air yang terbatas masukkan (input) yang rendah, bahkan di lahan yang berpasirpun sorgum dapat dibudidayakan. Namun apabila ditanam pada daerah yang berketinggian di atas 500 m dpl tanaman sorgum akan terhambat pertumbuhannya dan memiliki umur yang panjang.
Selain persyaratan di atas, sebaiknya sorgum jangan ditanam di tanah podzolik merah kuning yang masam, namun untuk memperoleh pertumbuhan dan produksi yang optimal perlu dipilih tanah ringan atau mengandung pasir dan bahan organik yang cukup. Tanaman sorgum dapat beradaptasi pada tanah yang tergenangf air apabila sistem perakarannya sudah kuat.
c)      Angin
Angin adalah udara yang bergerak yang diakibatkan oleh rotasi bumi dan juga karena adanya perbedaan tekanan udara di sekitarnya. Angin bergerak dari tempat bertekanan udara tinggi ke bertekanan udara rendah. Apabila dipanaskan, udara memuai. Udara yang telah memuai menjadi lebih ringan sehingga naik. Apabila hal ini terjadi, tekanan udara turun kerena udaranya berkurang. Udara dingin di sekitarnya mengalir ke tempat yang bertekanan rendah tadi. Udara menyusut menjadi lebih berat dan turun ke tanah. Di atas tanah udara menjadi panas lagi dan naik kembali. Aliran naiknya udara panas dan turunnya udara dingin ini dinamanakan konveksi.



III.    BAHAN DAN METODE
3.1.   Waktu dan Tempat
Dalam pelaksanaan kegiatan pratikum Budidaya Tanaman Makanan dan Hortikutura dilaksanakan setiap hari kamis yang dimulai pada tanggal 21 September-23 November 2017 yang dimulai dari kegiatan esitensi sampai perawatan dan pengamatan yang dilaksanakan di UPT Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universittas Riau.
3.2.   Alat dan Bahan
Alat yang dibutuhkan dalam kegiatan selama pratikum adalah cngkul, parang, gembor, sepatu bot, meteran, tali rafia dan alat tulis. Sedangkan untuk bahan yang digunakan adalah benih sorgum, bungga hias, pupuk dan pestisida
3.3.   Pelaksanaan kegiatan
a.       Pembukaan lahan
·         Dilakukan pengukuran lahan menggunakan meteran dengan luas 4x2 m lalu diberi pancang sebagai penanda.
·         Dilakukan pembukaan lahan dengan membabat gulma-gulma yang tinggi serta pengemburan tanah agar mudah diolah.
b.       Pembuatan bedengan dan drainase
·         Tanah kembali digemburan sesuai luas bedengan yang telah di tentukan.
·         Pengemburan  tanah dilakukan menggunkan cangkul dan dibentuk bedengan dengan tinggi ±60 cm serta pembuatan drainase seluas ±25 cm.
c.       Pemupukan dasar
·         Bedengan yang telah di olah kembali digemburkan untuk memudah pencampuran pupuk.
·         Pupuk kandang yang digunakan yaitu 4 karung untuk 15 bedengan,
·         Pupuk yang telah disiapkan dicampurkan pada bedengan dan diratakan.
d.      Penanaman
·         Benih sorgum yang akan digunakan sebelumnya direndam pada air yang bersih.
·         Setelah benih sorgum direndam selanjutnya pembuatan lubang tanam dengan jarak tanam 40x50 cm sehingga dihasilkan lubang tanam sebanyak 40 lubang tanam.
·         Benih sorgum yang telah direndam dimasukkan kedalam lubang tanam dengan jumlah minimal 2 benih per lubang tanam.
·         Setiap lubang tanam ditambahkan furadan agar benih tidak diserang hama seperti seranga dalam tanah.
·         Lalu lubang tanam di tutup dengan tanah dan disiram air.
e.       Pemeliharaan
·         Gulma-gulma yang tumbuh sekitar tanaman dibersihkan menggunkan parang.
·         Untuk menekan pertumbuhan hama dan penyakit dilakukan penyemprotan pestisida.
·         Tanaman tiap sehari 2x di siram untuk melembabkan tanah.
3.4.  Pengamatan
Dalam kegiatan pratikum dilakukan pengamatan sebanyak 2 kali pengamatan dimana pengamatan pertama dilakukan tanggal 25 dan 30 November 2017 yang menjadi parameter pengamatan selama pratikum adalah tinggi tanaman, jumlah daun dan ligkar tanaman.



IV.    HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.   Hasil Pengamatan
Tabel Pengamatan 4.1: 25/11/2017
Sampel
Tinggi Batang
Jumlah Daun
Panjang Lilitan Batang
1
200 cm
10
7,3 cm
2
190 cm
11
6,2 cm
3
180 cm
10
6 cm
4
183 cm
9
6 cm
5
186 cm
8
6,1 cm
6
190 cm
9
6,2 cm
7
210 cm
11
8,3 cm
8
191 cm
9
6,3 cm
Rata Rata
191,25
9,6
6,7

Tabel Pengamatan 4.2: 30/11/2017
Sampel
Tinggi Batang
Jumlah Daun
Panjang Lilitan Batang
1
258 cm
12
8,5 cm
2
248,8 cm
13
8,5 cm
3
228 cm
13
8.6 cm
4
253 cm
11
6.5 cm
5
224,4 cm
10
6.6 cm
6
270 cm
10
7,8 cm
7
260,5 cm
12
8,4 cm
8
300 cm
12
8,5m
Rata Rata
255,28
11,62
7,9
4.2.   Hasil Stek Tanaman Hias
Tabel 4.3. Hasil Stek Tanaman Hias
Jenis Tanaman
Sampel
I
II
Anggrek
Mati
Mati
Melati Jepang
Hidup
Hidup
Aglaonema
Hidup
Hidup
Pucuk Merah
Hidup
Hidup

4.3.    Pembahasan
4.3.1.      Sorgum
a.       Pengamatan sorgum.
Dalam kegiatan pratikum dilakukan pengamatan sebanyak 2 kali, dalam pengamatan di ketahui bahwa tiap minggunya tinggi batang tanaman mengalami penambahan tinggi, hal ini dikarenakan tanaman masih dalam proses tumbuh dan berkembang, pertumbuhan batang dipengaruhi oleh unsur hara tanaman dan faktor lingkungan dan pengaruh hormon auksin, giberelin dan gas etilen.
Dalam pengamatan pertama didapat rata-rata tinggi tanaman yaitu 191,25 dan pada pengamatan kedua rata-rata tinggi tanaman menjadi 255,28, ini menunjukkan bahwa tanaman mengalami peninggian yang bagus. Rata-rata banyak daun pada pengamatan pertama yaitu 9,6 dan yang kedua yaitu 11,62, ini menujukan berkembangan yang baik.
Daun pada tanaman sorgum memiliki fungsi sebagai pembuat makanan yang utama bagi semua tumbuhan, daun menangkap energi cahaya matahari dan digunakan untuk membuat gula yang merupakan hasil penyerapan air dari tanah dan karbondioksida dari udara dan gula ini diubah untuk menjadi banyak unsur kimia lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan daun adalah asam traumalin, kalin dan asam absisat.
Pengamatan tanaman pada lingkar batang tanaman sorgum pada pengamatan pertama yaitu 6,7 dan pengamatan kedua menjadi 7,9, batang tanaman sorgum bersifat gabus sehingga tanaman ini dapat hidup walaupun ditempat yang minim air, salah satu hormon pendukung ketebalan batang sorgum adalah hormon auksin dan giberlin.
b.      Pemupukan
Dalam pratikum budidaya tanaman sorgum telah dilaksanakan tahap pemupukan yaitu pupuk dasar dan tambahan, pupuk dasar dilakukan pada saat pengolahan tanah atau pembuatan bedengan, salah satu manfaat pupuk kandang adalah untuk memperbaiki struktur tanah yang telah dilakukan budidaya tanaman sebelumnya.
Pupuk kandang mempunyai dampak positif bagi tanah diantaranya adalah:
1. Menambah zat atau unsur hara dalam tanah. Tanah yang miskin atau pun kurang subur memeiliki kandungan unsur hara yang kurang mencukupi bagi pertumbuhan, sehingga pemberian pupuk terutama pupuk yang bersifat organik secara langsung akan mampu menambah unsur hara yang kurang memadai tersebut serta memberikan tambahan unsur hara baru yang belum ada.
2. Mempertinggi kandungan humus di dalam tanah. Humus sebagai hasil substansi yang berasal dari bahan organik seperti protein, lemak dan sisa-sisa tanaman yang telah mengalami proses penguraian sangat penting artinya bagi tanaman. Hal ini disebabkan humus bersifat koloid (bermuatan negatif) yang dapat meningkatkan absorpsi (penyerapan) dan pertukaran kation serta mencegah terlepasnya ion-ion penting. Selain itu humus juga berfungsi sebagai reservoar (pergantian) mineral untuk pengambilan oleh tumbuhan. Adanya pupuk kandang yang hampir sebagian besar berupa bahan organik akan dapat menambah kandungan humus yang ada. Semakin banyak humus terdapat pada tanah, maka tanah relatif semakin subur.
3. Mampu memperbaiki struktur tanah. Pada ABDI TANI edisi lalu telah disinggung bahwa struktur tanah yang baik ditunjang oleh keberadaan mikroorganisme organik yang cukup. Tanah yang strukturnya sudah rusak hampir tidak memiliki lagi mikroorganisme yang menunjang kesuburan tanah. Dengan memberikan pupuk kandang maka akan mengaktifkan kembali mikroorganisme yang ada melalui proses biologis dan kimia.
4. Mendorong atau memacu aktivitas kehidupan jasad renik di dalam tanah. Terkait dengan manfaat sebelumnya, pemberian pupuk kandang ini secara langsung akan menambah bahan organik yang ada. Ada ataupun tidaknya suatu jasad renik didalam, pemberian pukan ini justru akan mendorong atau memacu kehidupan jasad renik, yang pada akhirnya melalui proses penguraian akan menghasilkan tanah yang subur dan kaya akan bahan organik
Pada budidaya tanaman sorgum juga dilakukan penambahan pupuk NPK, TSP dan UREA penambahan pupuk ini pada bedengan seluas 8 M menggunakan dosisi sebanyak NPK: TSP: dan UREA: pupuk NPK berfungsi untuk memperkuat, memperpanjang dan memperbanyak akar tanaman, mencegah tanaman kerdil, mempercepat pertumbuhan tunas dan meningkatkan daya fotosintesis, pupuk TSP sendiri memiliki fungsi bagi tanaman yaitu untuk memacu perkembangan akar tanaman seingga perakaran lebih lebat, sehat & kuat, Menguatkan batang sehingga meningkatkan daya tahan terhadap serangan hama penyakit & mengurangi resiko roboh, Memacu pembentukan bunga dan pemasakan biji sehingga panen lebih cepat. sedangkan pupuk UREA berungsi untuk menghjaukan daun, merasang pertumbuhan akar, meningkatkan pertubuhan lilit batang dan sebagainya
c.       Penyemprotan pestisida
Setiap melakukan budidaya tanaman pasti ada hama dan penyakit yang menyerang, serangan ini mengakibatkan kerugian seperti tanaman mati dan menurunnya jumlahproduksi, oleh karena itu perlu dilakukan pengendalian hama dan enyakit melalu pemanfaatan pestisida, dalam praikum ini digunakan pestisida jenis decis dengan takaran 1:1 lalu dilakukan penyemprotan pada tanaman, penyemprotan harus dilakukan searah dengan arah mata angin sehingga tidak akan mengenai area tubuh petani ketika  melaksanakan kegiatan penyemprotan.
d.      Perawatan  
Perawatan ini dilakukan demi menjaga agar tanaman tetap terjaga dari gulma maupun hama. Perawatan yang dilakukan yaitu :
1.    Penyiangan
Jenis penyiangan yang dilakukan adalah penyiangan dengan cara fisik. Yakni dengan mencabut tumbuhan pengganggu (gulma) sampai perakarannya secara hati-hati, agar tidak mengganggu perakaran tanaman budidaya.
Keberadaan gulma akan menjadi pesaing bagi tanaman utama dalam mendapatkan air dan unsur hara yang ada di dalam tanah atau bahkan menjadi tempat hama atau penyakit. Oleh sebab itu gulma harus secara rutin disiangi. Gulma yang telah dicabut sebaiknya ditampung atau dikubur di suatu tempat agar membusuk sehingga kemudian dapat dijadikan kompos.
2.    Pembumbunan
Pembubunan dilakukan dengan cara menggemburkan tanah disekitar tanaman sorgum, kemudian menimbunkan tanah tersebut pada pangkal batang tanaman sorgum sehingga membentuk guludan-guludan kecil yang bertujuan untuk mengokohkan batang tanaman agar tidak mudah rebah dan merangsang terbentuknya akar-akar baru pada pangkal batang.
4.3.2.      Stek
       Stek batang merupakan salah satu perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan menggunakan bagian batang, cabang atau ranting tanaman induk guna mendapatkan tanaman baru. Syarat tanaman yang akan distek batang adalah harus memiliki kambium.
Keunggulan Perbanyakan Stek adalah :
ü  Sifat tanaman baru sama dengan sifat tanaman induk
ü  Mudah dan Murah untuk dilakukan
ü  Tidak merusak tanaman induk
ü  Lebih cepat mengalami perkembangan dari pada tanaman yang ditumbuhkan dari benih/biji
Bagian batang yang dipilih adalah batang yang tidak terlalu muda ataupun tua, karena pada batang yang terlalu muda nantinya pucuk tumbuh lebih cepat daripada akar karena kandungan hormon yang tinggi. Bagian yang dipilih kemudian dipotong dengan menggunakan gunting stek dengan panjang lebih kurang 10 cm. Pada pangkal batang dipotong secara melintang guna memperluas luas penampang tumbuh akar
Bagian tanaman yang telah dipilih tersebut ditanam pada masing – masing polybag. Polybag yang digunakan berjumlah 8 polybag. Setiap jenis tanaman hias ditaman pada 2 polybag yang telah diisi tanah. Pembuatan naungan bertujuan agar stek yang baru saja ditanam tidak terkena sinar matahari penuh yang akan menciptakan iklim mikro yang tidak ideal bagi pertumbuhan awal tanaman stek.
1.        Bunga Anggrek
Stek tanaman anggrek pada praktikum ini menggunakan media tanam arang dan serbuk gergaji. Sifat arang antara lain tahan lama, tidak mudah ditumbuhi fungi dan bakteri, dapat menyerap senyawa toksik atau racun dan melepaskannya kembali pada saat penyiraman. Sayangnya, arang sukar menyerap air. Arang hanya mampu mengikat air di bagian  permukaan saja dan miskin unsur hara. Sedangkan serbuk gergaji berfungsi untuk menyerap air dengan optimal. Serbuk gergaji di pilih sebagai media tanam karena teksturnya yang ringan, sehingga akar akan lebih cepat tumbuh dan berkembang.
Berdasarkan hasil stek pada tanaman anggrek dapat dikatakan untuk sampel 1 dan 2 mati,. Sehingga dapat dikatakan stek tanaman anggrek gagal. Penyebab anggrek ini mati dikarenakan kurangnya air sehingga tanaman mati

2.         Bunga Melati Jepang
Dilihat pada tabel 3 diketahui bahwa stek tanaman melati jepang pada sampel 1 ataupun sampel 2 hidup. Sehingga dapat dikatakan bahwa untuk stek tanaman melati jepang yang dilakukan berhasil. Hal ini dikarenakan bahwa tanaman melati jepang ini mudah untuk hidup terutama dalam perbanyakan vegetatif yaitu metode stek. Dalam waktu ± 3 minggu, kita dapat melihat tunas pada tanaman melati jepang ini.
3.        Bunga Aglaonema
Berdasarkan hasil stek pada tanaman aglaonema dapat dikatakan hidup, hal ini disebabkan butuh waktu yang lebih lama untuk tumbuh tunas butuh minimal 3 minggu untuk tanaman ini tumbuh tunas. Untuk tanaman sampel 1 ataupun sampel 2, tanaman aglaonema telah tumbuh tunas. Sehingga dapat dikatakan untuk stek tanaman aglaonema berhasil.
4.        Bunga Pucuk Merah
Stek bunga pucuk merah yang dilakukan dalam praktikum tidak berhasil, sampel 1 maupun sampel 2 pucuk merahnya hidup. Sehingga dapat dikatakan berhasil.



V.     KESIMPULAN DAN SARAN
5.1    Kesimpulan
Sorgum merupakan genus yang terdiri dari 20 spesies rumput-rumputan, berasal dari kawasan tropis hingga subtropis di Afrika Timur, dengan satu spesies di antaranya berasal dari Meksiko. Tanaman ini dibudidayakan di Eropa Selatan, Amerika Tengah dan Asia Selatan. Sorgum (Sorghum bicolor L.) merupakan salah satu jenis tanaman serealea yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan di Indonesia karena mempunyai daerah adaptasi yang luas. Tanaman sorgum toleran terhadap kekeringan dan genangan air, dapat berproduksi pada lahan marginal, serta relatif tahan terhadap gangguan hama/ penyakit.
Kegiatan budidaya sorgum pada praktikum ini meliputi kegiatan pembukaan lahan, pembuatan bedengan dan drainase dengan ukuran bedengan 4 x 2m dan lebar drainase 50 cm, pemupukan dasar menggunakan 4 karung pupuk kandang untuk 15 bedengan, penanaman dengan jarak tanam 40x50 cm, perawatan, pemupukan lanjutan menggunakan Urea : 160 gr, TSP : 120 gr, KCl : 80 gr, penyemprotan menggunakan pestisida Decis 1 ml untuk 1 L air, terakhir kegiatan pemanenan dan pemanenan belum terlaksana.
Stek merupakan perbanyakan tanaman dengan menumbuhkan potongan atau bagian tanaman seperti akar, batang atau pucuk sehingga menjadi tanaman baru. Kegiatan penyetekan pada kegiatan praktikum ini menggunakan 4 jenis tanaman, diantaranya yaitu Anggrek, Melati Jepang, Aglonema dan Pucuk Merah. Penyetekan ini dapat dikatakan 80% berhasil karena hanya anggrek yang tidak hidup. Hal ini dikarenakan kekurangan air karena serbuknya sedikit.
5.2    Saran
Sebaiknya dalam melakukan kegiatan budidaya tanaman sorgum ini yang perlu diperhatikan yaitu perawatannnya, mulai dari pemupukan, penyiraman maupun penyemprotan. Pemberian pupuk harus dilakukan secara optimal, pemberian pupuk berguna untuk memberi tambahan unsur hara bagi tanaman sehingga dapat meningkatkan produksi sorgum.
Kemudian pemberian pupuk anorganik seperti Urea, TSP, dan KCL harus sesuai dosis karena kalau sembarangan dapat mengakibatkan kematian pada tanaman sorgum, kegiatan penyiraman dilakukan setiap sore hari agar tanaman tidak mengalami kekeringan, dalam kegiatan pembubunan harus dilakukan dengan baik agar tanaman tidak mudah tumbang, dan selanjutnya kegiatan penyiangan juga penting dilakukan agar gulma tidak menjadi pesaing dalam memperoleh unsur hara dan air yang dibutuhkan oleh tanaman sorgum.
Dalam kegiatan stek yang harus diperhatikan yaitu tempat naungan dan perawatannya, hal tersebut harus dilakukan karena tanaman stek ini sangat rentan dan mudah mati.
DAFTAR PUSTAKA
Lingga, P. dan Marsono. 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Marsono dan P. Lingga. 2005. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta. Hal 8 dan 13.
Nazaruddin. 2000. Petunjuk Pemupukan Efektif. Agromedia Pustaka, Tangerang.
Novizan, 2005. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Sastroutomo, S.S. (1992). Pestisida: Dasar Dasar dan Dampak Penggunaannya, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama: 18-20, 26-27.
Sutedjo, MM. 1999. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.
Sutedjo, M. M. 2002. Pupuk Dan Cara Penggunaan. Jakarta : Rineka Cipta.
Sirappa, M.P. 2003. Prospek pembangunan sorgum di Indonesia sebagai komoditas alternatif untuk pangan, pakan, dan industri. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. 22 (4) ;133-140.
Zulkarnain. (2009). Dasar-dasar Hortikultura. Jakarta: Bumi Aksara