1.1. Latar Belakang
Kegiatan budidaya tanaman pertanian
merupakan salah satu kegiatan yang paling dikenal oleh banyak kalangan manusia
dan mengubah total bentuk kebudayaan. Sejalan dengan peningkatan peradaban
manusia, teknik budidaya tanaman juga berkembang menjadi berbagai sistem yang
paling sederhana sampai sistem yang canggih. Berbagai teknologi budidaya
dikembangkan guna mencapai produktivitas yang diinginkan.
Sorgum merupakan genus yang terdiri dari 20 spesies rumput-rumputan,
berasal dari kawasan tropis hingga subtropis di Afrika Timur, dengan satu
spesies di antaranya berasal dari Meksiko. Tanaman ini dibudidayakan di Eropa
Selatan, Amerika Tengah dan Asia Selatan. Sorgum merupakan tanaman dari
keluarga Poaceae dan marga Sorghum. Sorgum sendiri memiliki 32
spesies. Diantara spesies-spesies tersebut, yang paling banyak dibudidayakan
adalah spesies Sorghum bicolor (japonicum).
Tanaman yang lazim dikenal masyarakat Jawa dengan nama “Cantel”
ini sekeluarga dengan tanaman serealia lainnya seperti padi, jagung,
hanjeli dan gandum serta tanaman lain seperti bambu dan tebu. Dalam taksonomi,
tanaman-tanaman tersebut tergolong dalam satu keluarga besar Poaceae
yang juga sering disebut sebagai Gramineae (rumput-rumputan). Tanaman
sorgum merupakan jenis tanaman serealia yang memiliki kandungan gizi seperti
karbohidrat, lemak, kalsium, besi, serta fosfor. Selain dapat digunakan sebagai
pengganti pangan, sorgum bisa digunakan sebagai bahan baku industri kertas,
bahan baku pakan ternak, serta bahan baku media jamur merang.
Dalam
budidaya untuk memperoleh hasil yang optimal diperlukan persiapan lahan untuk
media tanam yang baik, pemilihan benih yang baik, penanaman dengan
memperhatikan jarak tanam, pemeliharaan terhadap tanaman dengan melalukan
penyiraman, penyiangan, pengendalian hama, gulma dan penyakit serta yang
terakhir adalah pemanenan dengan kriteria tanaman yang sudah masak. Sedangkan
perlakuan yang juga penting adalah harus tersedianya makanan dan nutrisi yang
cukup seperti perlakuan pemupukan. Pemupukan dengan pupuk organik untuk
menambah hara dalam tanah seperti Urea, TSP dan KCL. Pupuk organik yang
biasanya digunakan adalah pupuk kandang. Pemilihan varietas tanaman serta
kondisi lingkungan serta tanah yang baik dan mendukung sangat mempengaruhi
pertumbuhan tanaman.
Tanah
atau medium/substrat merupakan pemasok hara dan air yang diperlukan tanaman
selain sebagai tempat hidup komponen biotik, baik yang menguntungkan maupun
yang merugikan. Iklim terdiri dari unsur/unsur seperti udara, angin, suhu,
kelembaban udara, cahaya matahari, dan hujan. Lingkungan biotik meliputi hama,
penyakit dan gulma yang merugikan dan makhluk lainnya yang menguntungkan
tanaman.
Bermacam-macam
cara pembiakan tanaman secara vegetatif diantaranya adalah memperbanyak tanaman
dengan cara menyetek. Perbanyakan tanaman ini juga diperoleh tanaman baru yang
mempunyai sifat seperti induknya. Antara lain ketahanan terhadap serangan
penyakit, rasa buah, warna dan keindahan bunga dan sebagainnya.
Menyetek
merupakan salah satu cara pembiakan vegetatif buatan yang memperlakukan
beberapa bagian dari tanaman seperti akar, batang, daun dan tunas dengan maksud
agar organ-organ tersebut membentuk akar yang selanjutnya menjadi tanaman baru
yang sempurna. Menyetek bertujuan untuk mendapatkan tanaman yang sempurna
dengan akar, batang dan daun dalam waktu relative singkat serta memiliki sifat
yang serupa dengan induknya, serta dipergunakan untuk mengekalkan klon tanaman
unggul dan juga untuk memudahkan serta mempercepat perbanyakan tanaman. Setiap
jenis tanaman mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam pembentukan akar
meskipun setek dalam kondisi yang sama.
Praktikum
budidaya tanaman makanan dan hortikultura yang dilakukan yaitu membudidayakan
tanaman sorgum dan stek tanaman hias yaitu bunga anggrek, bunga melati jepang,
bunga aglaonema dan bunga pucuk merah.
1.2. Tujuan
Tujuan praktikum budidaya ini yaitu:
1. Mengenal dan mengetahui jenis –
jenis tanaman makanan dan hortikultura.
2. Mengenal dan mengetahui morfologi
dan klasifikasi tanaman sorgum.
3. Mengetahui dan memahami teknis
budidaya tanaman sorgum.
4. Mengetahui cara pemupukan tanaman
sorgum.
5. Mengetahui cara pengaplikasian
pestisida untuk tanaman sorgum.
6. Mengetahui dan memahami perbanyakan
tanaman secara vegetatif (menyetek
tanaman hias).
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman
Sayur
Sayuran merupakan sebutan umum bahan pangan asal tumbuhan
yang biasanya mengandung kadar air tinggi dan dikonsumsi dalam keadaan segar
atau setelah diolah secara minimal. Sebutan untuk beraneka jenis sayuran
disebut sebagai sayur-sayuran atausayur-mayur. Sejumlah sayuran dapat
dikonsumsi mentah tanpa dimasak sebelumnya, sementara yang lainnya harus diolah
terlebih dahulu dengan cara direbus, dikukus atau diuapkan.
Jenis sayuran yang tedapat di Indonesia sangat
melimpah, mulai dari dataran tinggi sampai dataran rendah memiliki jenis
sayuran yang berbeda-beda. Sebagai bahan pangan, sayur bukanlah bahan pokok,
melainkan hanya pelengkap. Meskipun demikian sayur tidak dapat diabaikan begitu
saja, setiap orang baik muda, tua atau berdasarkan tingkat ekonominya
memerlukan sayur sebagai makanan sehari-hari (Nazaruddin, 2000).
Dua golongan besar sayur-sayuran pertama berdasarkan
suhu tempat tumbuh dan kedua ketinggian tempat tumbuh dari permukaan laut.
Jenis sayuran dataran tinggi antara lain kentang, kubis, paprika dan wortel,
dan jenis sayuran dataran rendah antara lain bayam, sawi, kangkung, kacang
panjang, kecipir, mentimun, kedua golongan ini di konsumsi oleh manusia
(Nazaruddin, 2000).
Pentingnya mengkonsumsi sayuran menjadi alasan banyak orang mengkonsumsi
sayur. Sayur dibutuhkan manusia untuk berbagai macam manfaat, kandungan aneka
vitamin, karbohidrat dan mineral pada sayur tidak dapat disubstitusi dengan
makanan pokok.
2.2. Tanaman Pangan
Bahan pangan di setiap wilayah
berbeda-beda sesuai dengan keadaan tempat dan budaya. Biasanya tanaman pangan
yang digunakan adalah berasal dari tanamnan baik dari serealia seperti beras,
jagung, kedelai, maupun umbi-umbian seperti, ubi kayu, ubi jalar, kentang dan
talas.
Tanaman
pangan adalah segala jenis tanaman yang di dalamnya terdapat karbohidrat dan
protein sebagai sumber energi manusia. Tanaman pangan juga dapat dikatakan
sebagai tanaman utama yang dikonsumsi manusia sebagai makanan untuk memberikan
asupan energi bagi tubuh.
Tanaman
pangan dikelompokkan berdasarkan umur, yaitu tanaman semusim dan tanaman
tahunan. Tanaman semusim adalah tanaman dipanen dalam satu musim tanam, yaitu
antara 3-4 bulan, seperti jagung dan kedelai atau antara 6-8 bulan, seperti
singkong. Tanaman tahunan adalah tanaman yang terus tumbuh setelah berproduksi
atau menyelesaikan siklus hidupnya dalam jangka waktu lebih dari dua tahun,
misalnya sukun dan sagu.
Tanaman pangan dibagi
menjadi 3 kelompok yaitu :
a.
Serealia
Serealia adalah sekelompok tanaman yang
ditanam untuk dipanen dan dimanfaatkan bijinya atau sebagai sumber karbohidrat.
Sebagian besar serealia termasuk dalam anggota suku padi-padian yang biasa
disebut sebagai serealia sejati. Tanaman serealia yang banyak dikonsumsi
manusia antara lain, padi, jagung, gandum, gandum durum, jelai, haver, dan
gandum hitam.
b.
Biji-bijian
Biji-bijian adalah segala tanaman
penghasil biji-bijian yang didalamnya terkandung karbohidrat dan protein.
Tanaman biji-bijian yang sering kita konsumsi antara lain seperti kedelai,
kacang tanah dan kacang hijau.
c.
Umbi-umbian
Tanaman pangan selanjutnya berasal dari
jenis umbi-umbian. Tanaman umbi-umbian adalah tanaman yang ditanam untuk
dipanen umbinya karena di dalam umbi terdapat kandungan karbohidrat untuk
sumber nutrisi bagi tubuh. Tanaman umbi-umbian yang biasa dimanfaatkan manusia
antara lain seperti ubi kayu (singkong), ubi jalar (muntul), talas, wortel,
kentang, ganyong dan sebagainya.
d.
Jenis tanaman lainnya
Selain ketiga jenis tanaman pangan yang
telah disebutkan diatas. Tanaman pangan juga ternyata ada yang terdapat diluar
ketiga jenis tersebut seperti sagu yang diambil batangnya dan sukun yang
merupakan buah.
2.3. Tanaman Hias
Tanaman hias merupakan salah satu dari pengelompokan
berdasarkan fungsi dari tanaman hortikultura. Oleh karena itu dalam konteks
umum tidak menutup kemungkinan bahwa suatu tanaman sayuran, tanaman obat,
atau tanaman buah menjadi tanaman hias,
atau sebaliknya (Wikipedia, 2015).
Tanaman hias mencakup semua tumbuhan, baik yang berbentuk
terna, merambat, semak, perdu, ataupun pohon, yang sengaja ditanam orang
sebagai komponen taman, kebun rumah, penghias ruangan, sarana peralatan upacara
agama dan kenegaraan, komponen riasan/busana, atau sebagai komponen karangan
bunga. Menurut Zulkarnain (2009), yang dimaksud dengan tanaman hias adalah semua tanaman yang dibudidayakan
dengan tujuan untuk dinikmati keindahannya. Oleh karena itu, berdasarkan
definisi tersebut maka sesungguhnya pengelompokan tanaman hias tidak hanya
terbatas pada tanaman bunga-bungaan saja, akan tetapi tanaman hias juga
termasuk tanaman perkebunan atau kehutanan yang memiliki nilai keindahan dari
segi bentuknya dan dibudidayakan untuk tujuan menambah keindahan dan keasrian
lingkungan hidup.
a) Pengelompokan
Tanaman Hias
Banyak
kriteria yang dapat dijadikan dasar pengelompokan tanaman hias, namun secara umum pengelompokan tanaman hias adalah sebagai berikut (Zulkarnain, 2009).
a)
Tanaman hias berdasarkan bagian tanaman yang dinikmati
Beberapa
bagian tanaman hias yang dapat dinikmati keindahannya adalah bunga, buah,
batang dan daun.
1.
Bunga, keindahan bunga tanaman hias dapat
dinilai dari variasi warna yang dimiliki dan atau bentuk bunga itu sendiri.
Tergolong dalam kelompok ini misalnya tanaman anggrek, mawar dan kembang merak.
Beberapa jenis anggrek yang dijumpai misalnya Dendrobium crumenatum yang berwarna putih, Phalaenopsis violacea yang berwarna merah dengan labelum berwarna
kuning, Vanda Rothschildiana yang
memiliki bentuk kelopak dan mahkota bunga membulat dengan warna ungu tua dan Arachnis flos aeris yang memiliki bentuk
bunga seperti laba-laba dengan variasi warna yang beragam dari kuning hingga
cokelat. Sedangkan pada bunga mawar pada umumnya yang dinikmati adalah warna
bunganya yang kebanyakan berwarna merah menyala. Namun demikian, kemajuan
teknologi pemuliaan telah berdampak pada terciptanya beraneka ragam variasi
warna pada mawar hibrida seperti kuning, ungu, biru, pink, putih dan kombinasi
dari warna-warna tersebut. Adapun kembang merak (Caesalpinia pulcehrima) yang bunganya berwarna jingga hingga merah
menyala. Sepintas tanaman ini bentuknya mirip burung merak yang sedang
mengembangkan ekornya.
2.
Buah, tanaman hias yang dinikmati keindahan
buahnya misalnya sejumlah tanaman buah-buahan yang ditanam dalam di dalam pot
dengan tujuan untuk dinikmati keindahan atau keunikan bentuk buahnya misalnya
durian (Durio zibethinus), jambu biji
(Psidium guajava) dan jeruk sunkist (Citrus sp.). Pada umumnya kebiasaan
budidaya menjadikan tanaman tersebut sebagai
tanaman pekarangan dan menjadikan tanaman tersebut terkesan aneh dan
indah bila berada di dalam pot.
3.
Batang, keunikan warna dan tekstur kulit batang
dapat menjadikan spesies tanaman tertentu khususnya pohon-pohonan akan memiliki
nilai keindahan tersendiri. Palem botol memiliki keunikan bentuk batang yang
membulat menyerupai botol, Pinus (Pinus
sp.) yang memiliki tekstur kulit batang yang kasar dan berwarna gelap, kayu
putih (Eucalyptus sp.) dan masih banyak
jenis tanaman hias lain yang memberikan nilai keindahan dari keunikan warna dan
tekstur kulit batang.
4.
Daun, daun merupakan bagian tanaman yang dapat
memberikan kesan keindahan tersendiri baik dipandang dari variasi warna yang
dipancarkan maupun bentuknya yang khas. Beberpa tanaman hias yang dinilai dari
keindahan daunnya misalnya Poding (Codiaeum
variegatum) yang memiliki daun berwarna-warni seperti kombinasi kuning
dengan hijau dan ada pula kombinasi merah dengan cokelat, Kastuba (Euphorbia pulcherima) yang memiliki daun
berwarna merah menyala.
b)
Tanaman hias berdasarkan tujuan budidaya
Berdasarkan
tujuan budidayanya, tanaman hias dapat dikelompokkan menjadi tanaman hias untuk
bunga pot, tanaman hias untuk bunga potong, dan tanaman hias untuk taman.
1.
Tanaman hias untuk bunga pot adalah tanaman hias
yang ditanam di dalam pot dengan berbagai ukuran, bentuk dan corak. Selain itu,
keindahan wadah atau pot yang digunakan juga memiliki keindahan tersendiri yang dapat menambah pesona tanaman hias
didalamnya. Pot yang digunakan dapat digantung (pot gantung/ hanging basket) atau dapat diletakkan
diatas lantai. Umumnya tanaman hias yang ditanam didalam pot adalah yang
memiliki ukuran kecil sampai sedang (rata-rata memiliki ketinggian kurang dari
dua meter).
2.
Tanaman hias untuk bunga potong umumnya
diusahakan dikebun, baik dalam pola hamparan maupun berselang-seling atau
kombinasi antara beberapa jenis bunga dengan tujuan untuk efisiensi tempat.
Tujuan budidaya tanaman bunga hias potong adalah untuk menghasilkan kuntum bunga
berikut tangkainya atau batangnya dan dipasarkan dalam bentuk kuntum, tangkai,
atau dalam bentuk karangan bunga. Dapat dikatakan hampir semua tanaman hias
bunga potong adalah tanaman hias yang dinilai keindahannya berdasarkan warna,
ukuran, dan bentuk bunganya, misalnya angrek, mawar, gladiol, krisan, lili,
anyelir dan sebagainya.
3.
Tanaman hias untuk taman dapat berupa semua
jenis tanaman hias, baik berbunga maupun tidak, mulai dari jenis
rumput-rumputan sampai pohon-
pohonan. Dengan penataan dan memperhitungkan prinsip-prinsip desain maka
kehadiran berbagai jenis tanaman hias dengan beraneka corak warna, bentuk dan
ukuran akan membuat lingkungan taman menjadi
nyaman.
c)
Tanaman hias berdasarkan sifat pertumbuhan
Apabila
dilihat dari sifat pertumbuhannya, tanaman hias dapat dikelompokkan menjadi
tanaman hias rumput-rumputan, tanaman hias merambat, tanaman hias semak,
tanaman hias terna, dan tanaman hias pohon-pohonan.1. Tanaman hias dari kelompok
rumput-rumputan terdiri dari berbagai jenis rumput (Poaceae) yang tidak tergolong gulma (weed). Rumput yang banyak digunakan untuk taman tidak memerlukan
perawatan intensif seperti pemangkasan yang terlalu sering serta tahan terhadap
kekeringan. Contoh yang paling banyak ditemui adalah rumput pait (Axonopus compressus), rumput pait
termasuk jenis rumput yang mudah perawatannya dan relatif tahan terhadap
kekeringan. Sedangkan rumput jepang (Agrostis
palustris) dan rumput manila (Zoysia
matrella) yang memiliki daun-daun halus lebih sulit dipelihara karena
seringkali tumbuhnya dibarengi oleh rumput jenis lain yang tergolong gulma.
Biasanya kehadiran lapangan rumput dalam taman memiliki arti yang penting
karena taman tidak hanya dinikmati oleh mata saja, namun seluruh tubuh manusia,
misalnya berlari-lari, duduk sambil bercengkerama dan sebagainya. Bahkan
lapangan rumput dapat pula menjadi sarana olahraga seperti golf, sepakbola,
atau hanya sekedar jogging.
2. Tanaman hias merambat
terdiri atas tanaman-tanaman yang tumbuhnya merambat, baik di atas tanah,
merambat pada tanaman lain maupun merambat pada benda-benda mati disekitarnya
seperti tembok, tiang, ataupun patung kayu dan batu. Meskipun tanaman hias
jenis ini dapat merambat pada tanaman lain, namun bukan berarti tanaman ini
termasuk benalu. Beberapa jenis tanaman hias merambat misalnya sutera Bombay (Portulaca grandiflora), ivy, dan sirih gading.
3. Tanaman hias semak
biasanya dikelompokkan menjadi semak rendah (ketinggian hingga satu meter),
semak sedang (ketinggian hingga dua meter), dan semak tinggi (ketinggian hingga tiga meter).
Beberapa jenis yang tergolong semak misalnya alamanda (Allamanda chatartica), kembang merak,
kembang sepatu, kaca piring, soka (Ixora
sp.), dan sebagainya. Tanaman hias semak umumnya ditanam sebagai pembatas
atau pagar hidup, baik di taman-taman maupun di halaman rumah atau kantor.
4. Tanaman hias terna
merupakan tanaman hias yang berbatang basah atau banyak mengandung air. Pada
umumnya, tanaman hias dari kelompok ini tumbuh di tempat-tempat (habitat) yang
basah dan lembab, namun tidak tergenang air (becek). Beberapa jenis tanaman
hias yang termasuk dalam kelompok terna misalnya pisang-pisangan (Heliconia sp.), lidah buaya (Alloe sp.) kembang tasbih (Canna sp.) dan berbagai jenis keladi.
2.4. Pupuk
Pupuk di defenisikan sebagai material yang ditambahkan ke tanah
atau tajuk tanaman dengan tujuan untuk melengkapi ketersediaan unsur hara.
Bahan pupuk yang paling awal digunakan adalah kotoran hewan, sisa pelapukan
tanaman, dan arang kayu (Novizan, 2005).
Pupuk ialah bahan yang diberikan ke dalam tanah baik yang organik
maupun yang anorganik dengan maksud untuk mengganti kehilangan unsur hara dari
dalam tanah dan bertujuan untuk meningkatkan produksi tanaman dalam keadaan
faktor keliling atau lingkungan yang baik (Sutejo, 1999).
Pupuk bagi tanaman sama seperti makanan pada manusia. Oleh
tanaman, pupuk digunakan untuk hidup, tumbuh, dan berkembang. Jika dalam
makanan manusia dikenal ada istilah gizi maka dalam pupuk yang beredar saat ini
terdiri dari bermacam-macam jenis, bentuk, warna, dan merek. Namun, berdasarkan
cara aplikasinya hanya ada dua jenis pupuk akar dan pupuk daun. Manfaat pupuk
adalah menyediakan unsur hara yang kurang atau bahkan tidak tersedia di tanah
untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Namun, secara lebih terinci manfaat pupuk
ini dapat dibagi dalam dua macam, yaitu yang berkaitan dengan perbaikan sifat
fisik dan kimia tanah (Marsono, 2005).
Pupuk merupakan kunci dari kesuburan tanah karena berisi satu
atau lebih unsur untuk menggantikan unsur yang habis terisap tanaman. Pupuk
mengenal istilah makro dan mikro. Meskipun belakangan ini jumlah pupuk
cenderung makin beragam dengan aneka merek, kita tidak akan terkecoh dan tetap
berpedoman kepada kandungan antara unsur makro dan mikro yang digunakan
(Lingga, 2001).
A.
Klasifikasi Pupuk
a)
Pupuk Organik
Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari sisa-sisa
mahluk hidup yang diolah melalui proses pembusukan (dekomposisi) oleh bakteri
pengurai. Contohnya adalah pupuk kompos dan pupuk kandang. Pupuk kompos berasal
dari sisa-sisa tanaman, dan pupuk kandang berasal dari kotoran ternak. Pupuk
organik mempunyai komposisi kandungan unsur hara yang lengkap, tetapi jumlah
tiap jenis unsur hara tersebut rendah. Kelebihan dari pupuk organik, sehingga
sangat disukai para petani, yaitu :
1. Memperbaiki
struktur tanah, terjadi karena organisme tanah pada saat penguraian bahan
organik dalam pupuk bersifat sebagai perekat dan dapat mengikat butir-butir
tanah menjadi butiran yang lebih besar.
2. Menaikkan
daya serap tanah terhadap air, bahan organik memiliki daya serap yang besar
terhadap air tanah.
3. Menaikkan
kondisi kehidupan di dalam tanah, disebabkan oleh organisme dalam tanah yang
memanfaatkan bahan organik sebagai makanan.
4. Sebagai
sumber zat makanan bagi tanaman, pupuk organik mengandung zat makanan yang
lengkap meskipun kadarnya tidak setinggi pupuk anorganik.
B. Jenis-jenis
Pupuk Organik
Pupuk organik
dibagi berdasarkan asal bahan terbentuknya sebagai berikut:
a.
Pupuk kandang
Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari kandang ternak, baik berupa
kotoran padat (feses) yang tercampur sisa makanan maupun air kencing (urine).
Kadar hara kotoran ternak berbeda-beda karena masing- masing ternak mempunyai
sifat khas tersendiri.
b.
Kompos
Kompos merupakan hasil dari pelapukan bahan-bahan berupa dedaunan,
jerami, alang-alang, rumput, kotoran hewan, sampah kota, dan sebagainya. Proses
pelapukan bahan-bahan tersebut dapat dipercepat melalui bantuan manusia.
c.
Pupuk hijau
Disebut pupuk hijau karena yang dimanfaatkan sebagi pupuk adalah hijauan,
yaitu bagian-bagian seperti daun, tangkai, dan batang tanaman tertentu yang
masih muda. Tujuannya, untuk menambah bahan organik dan unsur-unsur lainnya ke
dalam tanah, terutama nitrogen (Sutejo, 2002).
d.
Pupuk Bokashi
Bokashi adalah pupuk kompos yang dibuat dengan proses peragian bahan
organik dengan teknologi EM4 (Effective Microorganisme 4) atau disebut dengan
hasil fermentasi. Keunggulan penggunaan teknologi EM4 adalah pupuk organik
dapat dihasilkan dalam waktu yang lebih cepat dibandingkan dengan cara
konvensial.
EM4 (Effective Microorganisme 4) mengandung ragi,
bakteri fotosintetik, jamur pengurai, selulosa azotobacter sp. Dan
Lactobacillus sp. Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk pembuatan bokashi dapat
diperoleh dengan mudah di sekitar lahan pertanian seperti jerami, sekam (kulit
padi), dan seterusnya. Tetapi yang paling baik digunakan sebagai bahan pokok
adalah dedak (bekatul) karena kandungan zat gizinya sangat baik untuk
mikro-organisme. Ada beberapa jenis pupuk bokashi yaitu :
1.
Bokashi Jerami dan Bokashi Pupuk Kandang
Bokashi jerami sangat baik digunakan untuk melanjutkan proses pelapukan
mulsa dan bahan organik lainnya di lahan pertanian. Bokashi jerami juga sesuai
untuk diaplikasikan di lahan sawah. Sedangkan penggunaan bokashi pupuk kandang
baik digunakan dalam pembibitan tanaman. Dan dapat diaplikasikan dengan tanah
pada perbandingan 1:1.
2.
Bokashi Pupuk Kandang Ditambah Arang
Pembuatan Bokashi model ini sangat mudah dilakukan di lingkungan
pertanian dan peternakan. Jadi, mudah untuk mendapatkan bahan yaitu kotoran
hewan (pupuk kandang) dan sekam (kulit gabah beras), dimana untuk sekam
diarangkan terlebih dahulu. Beberapa cara untuk membuat Arang sekam diantaranya
yaitu :
-
Pembuatan Arang Sekam dengan cara di bakar dalam tong
-
Pembuatan Arang Sekam dengan cara disarangi
3.
Bokashi Pupuk Kandang Ditambah Tanah
Bokashi pupuk kandang tanah dipergunakan di dalam pembuatan tanaman.
Dalam hal ini tersebut bokashi pupuk kandang cukup dicampur dengan tanah pada
perbandingan 1:1.
C. Pupuk Anorganik
Pupuk
anorganik atau pupuk buatan adalah jenis pupuk yang dibuat oleh pabrik dengan
cara mencampurkan berbagai bahan kimia sehingga memiliki persentase, misalnya,
pupuk urea berkadar nitrogen 45-46%, (setiap 100 kg urea terdapat 45-46 kg hara
nitrogen). Jenis-jenis pupuk anorganik menurut unsur hara yang dikandungnya
dapat dibagi menjadi dua yaitu, pupuk tunggal dan pupuk majemuk.a. Pupuk tunggal
Dikatakan
pupuk tunggal karena hara yang dikandungnya hanya satu. Ke dalam kelompok pupuk
tunggal ini ada tiga macam pupuk yang dikenal dan banyak beredar di pasaran,
yaitu pupuk yang berisi hara utama nitrogen (N), hara utama fosfor (p), dan
hara utama kalium (K). Selain itu, ada pula pupuk yang berisi hara utama
magnesium (Mg).b.
Pupuk Majemuk
Pupuk majemuk merupakan pupuk campuran yang sengaja dibuat oleh pabrik dengan cara mencampurkan dua atau lebih unsur hara. Misalnya, pupuk Nitrogen dicampurkan dengan phospat menjadi pupuk NP, dan di campur lagi dengan kalium menjadi pupuk NPK. Kandungan hara dari pupuk ini lebih lengkap dibandingkan dengan pupuk tunggal.
D. Jenis-jenis
Pupuk Anorganik
a) Pupuk Sumber Nitrogen
a. Ammonium
nitrat
Kandungan nitratnya membuat pupuk ini cocok untuk
daerah dingin dan daerah panas. Amonium nitrat bersifat hidroskopis sehingga tidak
dapat di simpan terlalu lama.
b.
Ammonium sulfat
(NH4)2SO4
Pupuk ini dikenal dengan nama pupuk ZA. Mengandung
21% nitrogen dan 26% sulfur (S), berbentuk kristal dan bersifat kurang higroskopis.
c. Kalsium nitrat
Pupuk ini berbentuk butiran, berwarna putih, sangat
cepat larut dalam air, dan sebagai sumber kalsium yang baik karena mengandung
19% Ca. Sifat lainnya adalah bereaksi basa dan hidroskopis.
d. Urea
(CO(NH2)2)
Struktur Urea
Gambar 2.1 Urea
Nama IUPAC :
Diaminomethanal
Rumus Molekul : (NH2)2CO
Rumus Bangun : NC(=O)N
Massa Atom :
60, 07 g / mol
Sifat-sifat
Pupuk Urea :
- Berat
jenis 1, 33 × 103 kg/m3
-
Kelarutan di dalam air 108 g/ 100 ml (200C)
- Titik
lebur 132, 7 0C (406 K)
- Keasaman
(Pka) 0, 18
- Kebasaan
(Pkb) 13, 82
Pupuk urea mengandung 45-46% nitrogen (N). Karena
kandungan N yang tinggi menyebabkan pupuk ini menjadi sangat higroskopis. Urea
dibuat dari gas amoniak dan gas asam arang. Sifat lainnya adalah mudah tercuci
oleh air, mudah terbakar oleh sinar matahari dan bereaksi secara endoterm.
Keuntungan menggunakan pupuk urea adalah mudah diserap tanaman. Selain itu,
kandungan N yang tinggi pada urea sangat dibutuhkan pada pertumbuhan awal tanaman.
Kekurangannya bila diberikan ke dalam tanah yang miskin hara akan berubah ke
wujud atau bahan awalnya, yakni amonia dan karbondioksida yang mudah menguap. %
N urea secara teori adalah 46,666 % dapat dihitung dengan cara mengalikan 2 x
Ar N/ Mr Urea x 100%. Pupuk Urea bukan hanya untuk pertanian, tapi bisa untuk
tambak, industri, makanan dan masih banyak lainnya. Makanya sangat dibutuhkan,
kalau warnanya sama maka akan ada kecurangan. Pupuk berwarna disebut pupuk
bersubsidi untuk menghindari kecurangan, pencurian, dan penimbunan. Pupuk Urea
yang tidak berwarna disebut pupuk nonsubsidi. Kemurnian pupuk Urea dapat
diketahui dengan cara % N secara praktek / % N secara teori x 100%. Berdasarkan
bentuk fisiknya maka urea dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu urea prill
dan urea nonprill.
2.5. Pestisida
2.5.1
Sejarah Pestisida
Pada dasarnya
pestisida sudah lama digunakan oleh nenek moyang kita zaman dahulu. Tepatnya sekitar 4.500
tahun yang lalu atau 2.500 SM, dimana asap sulfur digunakan untuk mengendalikan
tungau di Sumeria (Zulkarnain, 2010). Kemudian pada tahun 1960, digunakannya ekstrak daun tembakau
sebagai insektisida. Pada tahun
1900, senyawa untuk memberantas gulma dan serangga secara organik pertama kali
dibuat. Pada tanun 1883, Millardet menemukan bubur Bordeaux yang merupakan campuran kapur dengan terusi sebagai bahan
pembasmi jasad pengganggu mikro. Selain itu pada abad ke-19, ditemukannya dua
jenis pestisida alami dimana piretrum yang
diekstrak dari chrysanthemum dan retenon yang diekstrak dari akar tuba Derris eliptica (Sastroutomo, 1992).
Pada tahun 1874, Othmar Zeidler telah mensintesis DDT (Dichloro Diphenyl Trichloroethane) untuk
pertama kalinya. Namun, fungsi DDT sebagai pestisida khususnya untuk membunuh
serangga baru ditemukan oleh seorang ahli kimia yang berasal dari Swiss, Paul Hermann Muller
pada tahun 1939.
Berkat penemuan tersebut, Paul mendapatkan nobel dalam
bidang Physiology atau Medicini pada tahun 1948. Kemudian pada
tahun 1940an pestisida sintetik mulai diproduksi dalam jumlah besar dan
diaplikasikan secara luas ( Zulkarnain, 2009).
Setelah berakhirnya perang dunia kedua, banyak senyawa
pestisida oganik yang dibuat untuk berbagai macam kebutuhan. Senyawa hidrokarbon berklorin juga mulai dihasilkan. Sampai saat ini, telah
terdapat hampir 1000 jenis bahan aktif pestisida yang telah dibuat dengan 4000
jenis nama dagang beredar di seluruh dunia. (Sastroutomo, 1992). Penggunaan
pestisida juga mengalami peningkatan setiap tahunnya. Sampai saat ini sekitar
2,5 juta ton pestisida digunakan setiap tahunnya. Dimana 75% negara yang
menggunakan pestisida adalah negara-negara yang sedang berkembang (Zulkarnain,
2009).
Di Indonesia, kebutuhan pestisida meningkat dari tahun
ketahun. Hal ini terlihat dari semakin
banyaknya bahan aktif yang beredar
dipasaran. Pada tahun 1982,
terdapat 286 jenis nama dagang yang beredar di pasaran dengan 41 perusahaan
terdaftar. Jumlahnya meningkat pada tahun 1989 yaitu menjadi 570 nama dagang
dengan 65 perusahaan terdaftar. Selain itu, jumlah bahan aktif yang terdaftar
juga mengalami peningkatan mulai dari 199 bahan aktif yang terdaftar pada tahun
1982 meningkat menjadi 273 bahan aktif yang terdaftar pada tahun 1989
(Sastroutomo, 1992).
2.5.2
Pengertian Pestisida
Pestisida (Inggris : Pesticide) berasal dari kata pest yang berarti organisme pengganggu
tanaman (hama) dan cide yang berarti
mematikan atau racun. Jadi pestisida adalah racun yang digunakan untuk membunuh
hama. Menurut USEPA (United States
Environmental Protection Agency), pestisida merupakan zat atau campuran
yang digunakan unuk mencegah, memusnahkan, menolak, atau memusuhi hama dalam
bentuk hewan, tanaman dan mikroorganisme pengganggu (Soemirat, 2003 dalam
Zulkanain, 2009). Berdasarkan SK Menteri Pertanian RI NO.
24/Permentan/SR.140/4/2011 tentang syarat dan tatacara pendaftaran pestisida
menyatakan pestisida merupakan semua zat kimia dan bahan lain serta zat renik
dan virus yang dipergunakan untuk:
1. Memberantas
atau mencegah hama-hama dan penyakit yang merusak tanaman, bagian-bagian
tanaman atau hasil-hasil pertanian;
2.
Memberantas rerumputan;
3. Mematikan
daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan;
4.
Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman
atau bagian-bagian tanaman tidak termasuk pupuk;
5.
Memeberantas atau mencegah hama-hama luar pada
hewan-hewan piaraan dan ternak;
6.
Memberantas atau mencegah hama-hama air;
7.
Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan
jasad-jasad renik dalam rumah tangga, bangunan dan dalam alat-alat
pengangkutan; dan/atau
8. Memberantas
atau mencegah biatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia
atau binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah atau
air.
Sampai saat ini diperkirakan terdapat lebih dari
80.000-100.000 hama dan penyakit tanaman yang disebabkan oleh virus, bakteri,
organisme yang menyerupai mikoplasma, riketsia, jamur patogen, gang-gang, dan
tumbuhan parasit tingkat tinggi. Diperkirakan terdapat 30.000 jenis gulma yang
tersebar secara merata dengan 1.800 jenis gulma yang dapat menurunkan hasil
panen secara serius, terdapat 3.000 jenis nematoda yang menyerang tanaman
dengan 1.000 jenis nematoda yang dapat menimbulkan kerusakan, dan terdapat
lebih dari 800.000
serangga dengan 10.000 jenis
serangga dapat menyebabkan kerusakan berat pada tanaman (Sastroutomo, 1992).
Pestisida secara luas digunakan untuk memberantas hama dan penyakit dalam
bidang pertanian. Selain itu pestisida juga digunakan dirumah tangga untuk
membasmi nyamuk, lalat, kepinding, kecoa dan berbagai
serangga pengganggu lainnya.
Meskipun pengunaan pestisida sangat menguntungkan, penggunaannya yang
berlebihan dan terus-menerus dapat menimbulkan efek yang bersifat negatif baik
pada penggunanya, hewan-hewan ataupun lingkungan sekitar.
2.5.3
Formulasi Pestisida
Pada umumnya
pestisida yang diperdagangkan bukanlah merupakan bentuk murni dari pestisida
tersebut melainkan diproses terlebih dahulu oleh pabrik sebelum dapat digunakan
atau diedarkan secara luas. Pembuatan pestisida akan memproses senyawa-senyawa
murni dengan cara mencampurkan bahan pengemulsi, bahan pelarut, atau bahan
pembasah tertentu. Proses inilah yang disebut dengan formulasi. Suatu jenis
pestisida dapat diperoleh dalam beberapa bentuk formulasi yang berbeda, berikut
adalah beberapa jenis formulasi pestisida yang umum digunakan dan
diperdagangkan (Sastroutomo, 1992):
1.
Emulsi Pekat (Emulsifiable
Concentrate)
Bahan
ini merupakan formulasi cairan yang bahan aktifnya dapat larut dalam pelarut
yang tidak larut dalam air seperti minyak. Oleh karena itu, jika formulasi ini
dicampurkan dengan air maka akan membentuk emulsi pekat. Sehingga untuk
mengurangi emulsi, maka dicampurkan zat penahan emulsi. Selain ditambahkannya
zat penahan emulsi, pencampuran dosis yang sesuai dapat mengurangi terjadinya
emulsi. Kestabilan emulsi sangat dipengaruhi oleh pH air dan kondisi
penyimpanan.
Formulasi
emulsi pekat dapat diperoleh dalam dua jenis yaitu cairan dengan kepekatan
rendah (1-10% bahan aktif) dan cairan dengan kepekatan tinggi (10- 80% bahan
aktif). Cairan dengan tingkat kepekatan yang rendah dapat digunakan untuk
mengendalikan serangga yang terbang atau merayap. Sedangkan cairan dengan
tingkat kepekatan yang tinggi dapat digunakan pada sayur-sayuran atau hewan
ternak.
2.
Serbuk Basah (Wettable
Powders)
Serbuk basah
merupakan formulasi pestisida yang kering dengan kandungan bahan aktif yang
cukup tinggi. Apabila formulasi ini dicampurkan dengan air, maka akan terbentuk
dua lapisan yang terpisah dimana bagian serbuknya akan berada di bagian atas.
Untuk menghindarai hal ini, formulasi dicampurkan dengan bahan pembasah (wetting
agent), karena tanpa adanya bahan ini serbuk tidak akan dapat bercampur dengan
air. Pada umumnya,
formulasi serbuk basah mengandung
50-75% tanah liat atu bedak sehingga formulasi ini dapat cepat tenggelam ketika
dicampur air dan mengendap di bagian bawah tangki penyemprot. Sehingga apabila
akan digunakan harus diaduk terlebih dahulu.
Pestisida
dalam formulasi ini sering digunakan untuk mengendalikan jenis jasad pengganggu. Jika dibandingkan dengan formulasi emulsi pekat, serbuk
basah memeiliki harga yang relatif murah, mudah disimpan dan diangkut,
serta lebih amna bagai pemaikai. Namun, formulasi ini dapat dengan cepat
terhidup/terhisap oleh pemakai sehingga dianjurkan pemakai untuk menggunakan
penutup hidung atau alat keselamatan lainnya.
3.
Serbuk Larut Air (Water Soluble Powders)
Sama halnya dengan
formulasi serbuk basah, formulasi ini merupakan formulasi kering.
Perbedaannya adalah formulasi
ini dapat membentuk
larutan jika dicampur dengan
air. Formulasi ini biasanya mengandung 50% bahan aktif. Biasanya diperlukan
bahan pembasah atau bahan perata jika digunakan untuk menyemprot tanaman yang
mempunyai permukaan batang atau daun yang licin dan berbulu.
2.5.4
Klasifikasi Pestisida
Pestisida
dapat dibedakan berdasarkan target sasarannya, cara kerja dan struktur kimia.
A. Berdasarkan
kegunaan dan asal katanya, menurut Sastrotomo (1992) pestisida dapat
diklasifikasikan menjadi:
1.
Akarisida
Akarisida atau yang sering kita kenal dengan mitisida
berasal dari kata akari yang berarti
kutu atau tungau, mengandung senyawa kimia beracun yang digunakan untuk
membunuh kutu, tungau, atau laba-laba.
2.
Algisida
Algisida berasal dari kata alga yang berarti ganggang, mengandung senyawa kimia yang biasanya
digunakan untuk membunuh ganggang.
3.
Avisida
Avisida berasal dari kata avis yang berarti burung. Senyawa avisida biasanya digunakan untuk
membunuh atau mengenyahkan burung.
4.
Bakterisida
Bakterisida berasal dari kata bacterium yang berarti jasat renik. Bakterisida mengandung senyawa
kimia beracun yang dapat digunakan untuk membunuh bakteri.
5.
Fungisida
Fungisida berasal dari kata fungus yang berarti jamur yang mengandung senyawa kimia beracun dan
bisa digunakan ntuk membunuh atau mencegah jamur.
6.
Herbisida
Herbisida berasal dari kata herba yang memiliki arti tumbuhan semusim. Herbisida mengandung
senyawa beracun yang dapat dimanfaatkan untuk membunuh
tumbuhan pengganggu yang sering disebut dengan gulma.
7.
Isektisida
Insektisida berasal dari kata insectum yang memiliki arti hewan berkuku. Insektisida merupakan
suatu bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang dapat membunuh segala
jenis serangga.
8.
Larvisida
Larvasida berasal dari kata lar yang berarti topeng atau hantu. Larvasida merupakan suatu senyawa kimia yang biasanya
digunakan untuk membunuh larva.
9.
Moluskisida
Moluskisida berasal dari kata molluscus yang berarti tulang kerang lunak atau berkulit tipis.
Moluskisida merupakan senyawa kimia yang
dapat digunakan untuk membunuh bekicot, kerang atau hewan bertulang lunak
lainnya.
10. Nematisida
Nematisida berasal dari kata nematode yang memiliki arti benang. Nematisida merupakan racun yang
dapat digunakan untuk mengendalikan hewan dengan jenis nematode seperti cacing.
11. Ovisida
Ovisida berasal dari kata ovum yang berarti telur. Ovisida merupakan racun yang dapat
digunakan untuk membunuh telur.
12. Piscisida
Piscisida berasal dari kata piscis yang memiliki arti ikan. Piscisida merupakan bahan senyawa
kimia beracun yang digunakan untuk mengandalikan ikan mujair yang biasanya
menjadi hama di dalam tambak atau kolam.
13. Predisida
Predisida berasal dari kata praeda yang berarti predator. Predisida sendiri merupakan
senyawa kimia beracun
yang biasanya digunakan untuk membuhun hewan predator atau pemangsa seperti ular.
14. Rodentisida
Rodentisida berasal dari kata roden yang berarti hewan penggerat. Rodentisida merupakan racun
kimia yang dapat digunakan untuk membunuh hewan-hewan pengegerat seperti tikus.
15. Silvisida
Silvisida berasal dari kata silva yang berarti hutan. Silvisida adalah bahan racun kimia yang
biasanya digunakan untuk membunuh pohon liar yang terdapat di hutan.
16. Termitisida
Termitisida berasal dari kata termes yang memiliki arti acing perusak kayu. Termitisida merupakan
senyawa kimia berbahaya yang biasanya digunakan untuk membunuh rayap.
17. Atraktans
Antraktans merupakan suatu senyawa kimia yang dapat
digunakan untuk memikat serangga.
18. Khemosterilan
Khemosterilan merupakan senyawa kimia yang digunakan
untuk membuat serangga, burung atau hewan pengerat lainnya menjadi mandul.
19. Defolian
Defolian adalah senyawa kimia yang digunakan sebagai peluruh daun.
20. Desikan
Desikan adalah senyawa kimia yang dapt digunakan untuk
mempercepat pengeringan pada tumbuhan.
21. Feromon
Sama halnya seperti atraktans, feromon juga merupakan senyawa yang dapat digunakan untuk memikat
serangga atau hewan vertebrata.
22. Repelan
Repelan merupakan senyawa kimia yang digunakan untuk
mengenyahkan serangga, kutu, tungau, anjing dan lainnya.
2.6. Klasifikasi
Sorghum
Klasifikasi
ilmiah tanaman sorgum menurut USDA (United States Departement of
Agriculture) adalah sebagai berikut: Kerajaan (Plantae), Subkerajaan (Tracheobionta),
Superdivisi (Spermatophyta), Divisi
(Magnoliophyta), Kelas (Liliopsida), Subkelas (Commelinidae), Ordo (Cyperales), Famili (Poaceae), Genus (Sorghum
Moench), Spesies (Sorghum Bicolor L.)
(Widyaningsih dan A Mutholib. 1999.)
Sorgum (Sorghum bicolor L.)
merupakan salah satu jenis tanaman serealea yang mempunyai potensi besar untuk
dikembangkan di Indonesia karena mempunyai daerah adaptasi yang luas. Tanaman
sorgum toleran terhadap kekeringan dan genangan air, dapat berproduksi pada
lahan marginal, serta relatif tahan terhadap gangguan hama/ penyakit. Biji
sorgum dapat digunakan sebagai bahan pangan serta bahan baku industri pakan dan
pangan seperti industri gula, monosodium glutamat (MSG), asam amino, dan
industri minuman. Dengan kata lain, sorgum merupakan komoditas pengembang untuk
diversifikasi industri secara vertikal (Sirappa, 2003).
1. Morfologi
Menurut Ir.
Jantje Laimeheriwa, 1990 Pada umumnya biji sorgum berbentuk bulat pair fang
dengan ukuran biji kira -kira 4 x 2,5 x 3,5 mm. Berat biji bervariasi antara 8
mg - 50 mg, rata-rata berat 28 mg. Berdasarkan ukurannya sorgum dibagi atas:
a. sorgum biji kecil (8 - 10 mg)
b. sorgum biji sedang ( 1 2 - 24 mg)
c. sorgum biji besar (25-35 mg)
Kulit biji ada yang berwarna putih, merah atau cokelat. Sorgum putih
disebut sorgum kafir dan yang ber-warna merah/cokelat biasanya termasuk
varietas Feterita. Warna biji ini merupakan salah satu kriteria menentukan
kegunaannya. Varietas yang berwarna lebih terang akan menghasilkan tepung yang
lebih putih dan tepung ini cocok untuk digunakan sebagai makanan lunak, roti
dan lain-lainnya. Sedangkan varietas yang berwarna gelap akan menghasilkan
tepung yang berwarna gelap dan rasanya lebih pahit. Tepung jenis ini cocok
untuk bahan dasar pembuatan minuman. Untuk memperbaiki warm biji ini, biasanya
digunakan larutan asam tamarand atau bekas cucian beras yang telah
difermentasikan dan kemudian digiling menjadi pasta tepung.
Tanaman sorgum (Sorghum bicolor) merupakan tanaman graminae yang
mampu tumbuh hingga 6 meter. Bunga sorgum termasuk bunga sempurna dimana kedua
alat kelaminnya berada di dalam satu bunga. Bunga sorgum merupakan bunga tipe panicle
(susunan bunga di tangkai). Rangkaian bunga sorgum berada di bagian ujung
tanaman.
Bentuk tanaman ini secara umum hampir mirip dengan jagung yang membedakan
adalah tipe bunga dimana jagung memiliki bunga tidak sempurna sedangkan sorgum
bunga sempurna.
Morfologi dari
tanaman sorgum adalah :
1. Akar : tanaman sorgum memiliki akar serabut
2. Batang :tanaman sorgum memiliki batang
tunggal yang terdiri atas ruas-ruas
3. Daun : terdiri atas lamina (blade leaf) dan
auricle
4. Rangkaian bunga sorgum yang nantinya akan menjadi
bulir-bulir sorgum.
Pada daun sorgum terdapat lapisan lilin yang ada pada lapisan epidermisnya.
Adanya lapisan lilin tersebut menyebabkan tanaman sorgum mampu bertahan pada
daerah dengan kelembaban sangat rendah. Lapisan lilin tersebut menyebabkan
tanaman sorgum mampu hidup dalam cekaman kekeringan.
2.
Syarat tumbuh
a)
Iklim
Lahan yang cocok untuk
pertumbuhan yang optimum untuk pertanaman sorgum
adalah suhu optimum 23o-30oC,
kelembaban relatif 20%-40%, suhu tanah ±25o C,
ketinggian ≤800m dpl, curah hujan
375-425 mm/tahun dan pH 5,0 -7,5.
b)
Tanah
Tanaman sorgum (Shorgum bicolor L.) dapat berproduksi walaupun
dibudidayakan di lahan kurang subur, air yang terbatas masukkan (input) yang
rendah, bahkan di lahan yang berpasirpun sorgum dapat dibudidayakan. Namun
apabila ditanam pada daerah yang berketinggian di atas 500 m dpl tanaman sorgum
akan terhambat pertumbuhannya dan memiliki umur yang panjang.
Selain persyaratan di atas, sebaiknya sorgum jangan
ditanam di tanah podzolik merah kuning yang masam, namun untuk memperoleh
pertumbuhan dan produksi yang optimal perlu dipilih tanah ringan atau
mengandung pasir dan bahan organik yang cukup. Tanaman sorgum dapat beradaptasi
pada tanah yang tergenangf air apabila sistem perakarannya sudah kuat.
c)
Angin
Angin adalah udara yang bergerak yang diakibatkan oleh rotasi bumi dan juga karena adanya perbedaan tekanan udara di
sekitarnya. Angin bergerak dari tempat bertekanan udara tinggi ke bertekanan
udara rendah. Apabila dipanaskan, udara memuai. Udara yang telah memuai menjadi
lebih ringan sehingga naik. Apabila hal ini terjadi, tekanan udara turun kerena
udaranya berkurang. Udara dingin di sekitarnya mengalir ke tempat yang
bertekanan rendah tadi. Udara menyusut menjadi lebih berat dan turun ke tanah.
Di atas tanah udara menjadi panas lagi dan naik kembali. Aliran naiknya udara panas dan turunnya udara dingin ini dinamanakan konveksi.
III.
BAHAN DAN METODE
3.1. Waktu dan Tempat
Dalam pelaksanaan kegiatan pratikum Budidaya Tanaman Makanan
dan Hortikutura dilaksanakan setiap hari kamis yang dimulai pada tanggal 21
September-23 November 2017 yang dimulai dari kegiatan esitensi sampai perawatan
dan pengamatan yang dilaksanakan di UPT Kebun Percobaan Fakultas Pertanian
Universittas Riau.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang dibutuhkan dalam kegiatan selama pratikum adalah
cngkul, parang, gembor, sepatu bot, meteran, tali rafia dan alat tulis.
Sedangkan untuk bahan yang digunakan adalah benih sorgum, bungga hias, pupuk
dan pestisida
3.3. Pelaksanaan kegiatan
a.
Pembukaan
lahan
·
Dilakukan
pengukuran lahan menggunakan meteran dengan luas 4x2 m lalu diberi pancang
sebagai penanda.
·
Dilakukan
pembukaan lahan dengan membabat gulma-gulma yang tinggi serta pengemburan tanah
agar mudah diolah.
b.
Pembuatan bedengan dan drainase
·
Tanah
kembali digemburan sesuai luas bedengan yang telah di tentukan.
·
Pengemburan tanah dilakukan menggunkan cangkul dan
dibentuk bedengan dengan tinggi ±60 cm serta pembuatan drainase seluas ±25 cm.
c.
Pemupukan
dasar
·
Bedengan
yang telah di olah kembali digemburkan untuk memudah pencampuran pupuk.
·
Pupuk
kandang yang digunakan yaitu 4 karung untuk 15 bedengan,
·
Pupuk
yang telah disiapkan dicampurkan pada bedengan dan diratakan.
d.
Penanaman
·
Benih
sorgum yang akan digunakan sebelumnya direndam pada air yang bersih.
·
Setelah
benih sorgum direndam selanjutnya pembuatan lubang tanam dengan jarak tanam
40x50 cm sehingga dihasilkan lubang tanam sebanyak 40 lubang tanam.
·
Benih
sorgum yang telah direndam dimasukkan kedalam lubang tanam dengan jumlah
minimal 2 benih per lubang tanam.
·
Setiap
lubang tanam ditambahkan furadan agar benih tidak diserang hama seperti seranga
dalam tanah.
·
Lalu
lubang tanam di tutup dengan tanah dan disiram air.
e.
Pemeliharaan
·
Gulma-gulma
yang tumbuh sekitar tanaman dibersihkan menggunkan parang.
·
Untuk
menekan pertumbuhan hama dan penyakit dilakukan penyemprotan pestisida.
·
Tanaman
tiap sehari 2x di siram untuk melembabkan tanah.
3.4. Pengamatan
Dalam kegiatan pratikum dilakukan pengamatan sebanyak 2 kali
pengamatan dimana pengamatan pertama dilakukan tanggal 25 dan 30 November 2017
yang menjadi parameter pengamatan selama pratikum adalah tinggi tanaman, jumlah
daun dan ligkar tanaman.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
Tabel
Pengamatan 4.1: 25/11/2017
Sampel
|
Tinggi Batang
|
Jumlah Daun
|
Panjang Lilitan
Batang
|
1
|
200 cm
|
10
|
7,3 cm
|
2
|
190 cm
|
11
|
6,2 cm
|
3
|
180 cm
|
10
|
6 cm
|
4
|
183 cm
|
9
|
6 cm
|
5
|
186 cm
|
8
|
6,1 cm
|
6
|
190 cm
|
9
|
6,2 cm
|
7
|
210 cm
|
11
|
8,3 cm
|
8
|
191 cm
|
9
|
6,3 cm
|
Rata Rata
|
191,25
|
9,6
|
6,7
|
Tabel
Pengamatan 4.2: 30/11/2017
Sampel
|
Tinggi Batang
|
Jumlah Daun
|
Panjang Lilitan Batang
|
1
|
258 cm
|
12
|
8,5 cm
|
2
|
248,8 cm
|
13
|
8,5 cm
|
3
|
228 cm
|
13
|
8.6 cm
|
4
|
253 cm
|
11
|
6.5 cm
|
5
|
224,4 cm
|
10
|
6.6 cm
|
6
|
270 cm
|
10
|
7,8 cm
|
7
|
260,5 cm
|
12
|
8,4 cm
|
8
|
300 cm
|
12
|
8,5m
|
Rata Rata
|
255,28
|
11,62
|
7,9
|
4.2. Hasil Stek Tanaman Hias
Tabel 4.3.
Hasil Stek Tanaman Hias
Jenis Tanaman
|
Sampel
|
|
I
|
II
|
|
Anggrek
|
Mati
|
Mati
|
Melati Jepang
|
Hidup
|
Hidup
|
Aglaonema
|
Hidup
|
Hidup
|
Pucuk Merah
|
Hidup
|
Hidup
|
4.3. Pembahasan
4.3.1. Sorgum
a.
Pengamatan
sorgum.
Dalam kegiatan
pratikum dilakukan pengamatan sebanyak 2 kali, dalam pengamatan di ketahui
bahwa tiap minggunya tinggi batang tanaman mengalami penambahan tinggi, hal ini
dikarenakan tanaman masih dalam proses tumbuh dan berkembang, pertumbuhan
batang dipengaruhi oleh unsur hara tanaman dan faktor lingkungan dan pengaruh
hormon auksin, giberelin dan gas etilen.
Dalam pengamatan
pertama didapat rata-rata tinggi tanaman yaitu 191,25 dan pada pengamatan kedua
rata-rata tinggi tanaman menjadi 255,28, ini menunjukkan bahwa tanaman
mengalami peninggian yang bagus. Rata-rata banyak daun pada pengamatan pertama
yaitu 9,6 dan yang kedua yaitu 11,62, ini menujukan berkembangan yang baik.
Daun pada tanaman sorgum memiliki
fungsi sebagai pembuat makanan yang utama bagi semua tumbuhan,
daun menangkap energi cahaya matahari dan digunakan untuk membuat gula yang
merupakan hasil penyerapan air dari tanah dan karbondioksida dari udara dan
gula ini diubah untuk menjadi banyak unsur kimia lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan daun
adalah asam traumalin, kalin dan asam absisat.
Pengamatan tanaman pada lingkar batang
tanaman sorgum pada pengamatan pertama yaitu 6,7 dan pengamatan kedua menjadi
7,9, batang tanaman sorgum bersifat gabus sehingga tanaman ini dapat hidup
walaupun ditempat yang minim air, salah satu hormon pendukung ketebalan batang
sorgum adalah hormon auksin dan giberlin.
b. Pemupukan
Dalam pratikum budidaya tanaman
sorgum telah dilaksanakan tahap pemupukan yaitu pupuk dasar dan tambahan, pupuk
dasar dilakukan pada saat pengolahan tanah atau pembuatan bedengan, salah satu
manfaat pupuk kandang adalah untuk memperbaiki struktur tanah yang telah
dilakukan budidaya tanaman sebelumnya.
Pupuk kandang mempunyai dampak
positif bagi tanah diantaranya adalah:
1. Menambah zat atau unsur hara dalam tanah. Tanah yang
miskin atau pun kurang subur memeiliki kandungan unsur hara yang kurang
mencukupi bagi pertumbuhan, sehingga pemberian pupuk terutama pupuk yang
bersifat organik secara langsung akan mampu menambah unsur hara yang kurang
memadai tersebut serta memberikan tambahan unsur hara baru yang belum ada.
2. Mempertinggi kandungan humus di dalam tanah. Humus
sebagai hasil substansi yang berasal dari bahan organik seperti protein, lemak
dan sisa-sisa tanaman yang telah mengalami proses penguraian sangat penting
artinya bagi tanaman. Hal ini disebabkan humus bersifat koloid (bermuatan
negatif) yang dapat meningkatkan absorpsi (penyerapan) dan pertukaran kation
serta mencegah terlepasnya ion-ion penting. Selain itu humus juga berfungsi
sebagai reservoar (pergantian) mineral untuk pengambilan oleh tumbuhan. Adanya
pupuk kandang yang hampir sebagian besar berupa bahan organik akan dapat
menambah kandungan humus yang ada. Semakin banyak humus terdapat pada tanah,
maka tanah relatif semakin subur.
3. Mampu memperbaiki struktur tanah. Pada ABDI TANI
edisi lalu telah disinggung bahwa struktur tanah yang baik ditunjang oleh
keberadaan mikroorganisme organik yang cukup. Tanah yang strukturnya sudah
rusak hampir tidak memiliki lagi mikroorganisme yang menunjang kesuburan tanah.
Dengan memberikan pupuk kandang maka akan mengaktifkan kembali mikroorganisme
yang ada melalui proses biologis dan kimia.
4. Mendorong atau memacu aktivitas kehidupan jasad renik
di dalam tanah. Terkait dengan manfaat sebelumnya, pemberian pupuk kandang ini
secara langsung akan menambah bahan organik yang ada. Ada ataupun tidaknya
suatu jasad renik didalam, pemberian pukan ini justru akan mendorong atau
memacu kehidupan jasad renik, yang pada akhirnya melalui proses penguraian akan
menghasilkan tanah yang subur dan kaya akan bahan organik
Pada budidaya
tanaman sorgum juga dilakukan penambahan pupuk NPK, TSP dan UREA penambahan
pupuk ini pada bedengan seluas 8 M menggunakan dosisi sebanyak NPK: TSP: dan
UREA: pupuk NPK berfungsi untuk memperkuat, memperpanjang dan memperbanyak akar
tanaman, mencegah tanaman kerdil, mempercepat pertumbuhan tunas dan
meningkatkan daya fotosintesis, pupuk TSP sendiri memiliki fungsi bagi tanaman
yaitu untuk memacu
perkembangan akar tanaman seingga perakaran lebih lebat, sehat & kuat,
Menguatkan batang sehingga meningkatkan daya tahan terhadap serangan hama
penyakit & mengurangi resiko roboh, Memacu pembentukan bunga dan pemasakan
biji sehingga panen lebih cepat. sedangkan pupuk UREA berungsi untuk
menghjaukan daun, merasang pertumbuhan akar, meningkatkan pertubuhan lilit
batang dan sebagainya
c. Penyemprotan pestisida
Setiap melakukan budidaya tanaman
pasti ada hama dan penyakit yang menyerang, serangan ini mengakibatkan kerugian
seperti tanaman mati dan menurunnya jumlahproduksi, oleh karena itu perlu dilakukan
pengendalian hama dan enyakit melalu pemanfaatan pestisida, dalam praikum ini
digunakan pestisida jenis decis dengan takaran 1:1 lalu dilakukan penyemprotan
pada tanaman, penyemprotan harus dilakukan searah dengan arah mata angin
sehingga tidak akan mengenai area tubuh petani ketika melaksanakan kegiatan penyemprotan.
d. Perawatan
Perawatan ini dilakukan demi menjaga agar tanaman tetap
terjaga dari gulma maupun hama. Perawatan yang dilakukan yaitu :
1. Penyiangan
Jenis penyiangan yang dilakukan adalah
penyiangan dengan cara fisik. Yakni dengan mencabut tumbuhan pengganggu (gulma)
sampai perakarannya secara hati-hati, agar tidak mengganggu perakaran tanaman
budidaya.
Keberadaan gulma akan menjadi pesaing bagi
tanaman utama dalam mendapatkan air dan unsur hara yang ada di dalam tanah atau
bahkan menjadi tempat hama atau penyakit. Oleh sebab itu gulma harus secara
rutin disiangi. Gulma yang telah dicabut sebaiknya ditampung atau dikubur di
suatu tempat agar membusuk sehingga kemudian dapat dijadikan kompos.
2. Pembumbunan
Pembubunan dilakukan dengan cara menggemburkan
tanah disekitar tanaman sorgum, kemudian menimbunkan tanah tersebut pada
pangkal batang tanaman sorgum sehingga membentuk guludan-guludan kecil yang
bertujuan untuk mengokohkan batang tanaman agar tidak mudah rebah dan
merangsang terbentuknya akar-akar baru pada pangkal batang.
4.3.2.
Stek
Stek batang merupakan salah satu
perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan menggunakan bagian batang, cabang
atau ranting tanaman induk guna mendapatkan tanaman baru. Syarat tanaman yang
akan distek batang adalah harus memiliki kambium.
Keunggulan
Perbanyakan Stek adalah :
ü
Sifat
tanaman baru sama dengan sifat tanaman induk
ü
Mudah
dan Murah untuk dilakukan
ü
Tidak
merusak tanaman induk
ü
Lebih
cepat mengalami perkembangan dari pada tanaman yang ditumbuhkan dari benih/biji
Bagian batang yang dipilih adalah batang yang tidak terlalu
muda ataupun tua, karena pada batang yang terlalu muda nantinya pucuk tumbuh
lebih cepat daripada akar karena kandungan hormon yang tinggi. Bagian yang
dipilih kemudian dipotong dengan menggunakan gunting stek dengan panjang lebih
kurang 10 cm. Pada pangkal batang dipotong secara melintang guna memperluas
luas penampang tumbuh akar
Bagian tanaman yang telah dipilih tersebut ditanam pada
masing – masing polybag. Polybag yang digunakan berjumlah 8 polybag. Setiap
jenis tanaman hias ditaman pada 2 polybag yang telah diisi tanah. Pembuatan
naungan bertujuan agar stek yang baru saja ditanam tidak terkena sinar matahari
penuh yang akan menciptakan iklim mikro yang tidak ideal bagi pertumbuhan awal
tanaman stek.
1.
Bunga Anggrek
Stek tanaman anggrek pada praktikum ini
menggunakan media tanam arang dan serbuk gergaji. Sifat arang antara lain tahan
lama, tidak mudah ditumbuhi fungi dan bakteri, dapat menyerap senyawa toksik
atau racun dan melepaskannya kembali pada saat penyiraman. Sayangnya, arang
sukar menyerap air. Arang hanya mampu mengikat air di bagian permukaan saja dan miskin unsur hara.
Sedangkan serbuk gergaji berfungsi untuk menyerap air dengan optimal. Serbuk
gergaji di pilih sebagai media tanam karena teksturnya yang ringan, sehingga
akar akan lebih cepat tumbuh dan berkembang.
Berdasarkan hasil stek pada tanaman anggrek
dapat dikatakan untuk sampel 1 dan 2 mati,. Sehingga dapat dikatakan stek
tanaman anggrek gagal. Penyebab anggrek ini mati dikarenakan kurangnya air
sehingga tanaman mati
2.
Bunga Melati Jepang
Dilihat pada tabel 3 diketahui
bahwa stek tanaman melati jepang pada sampel 1 ataupun sampel 2 hidup. Sehingga dapat dikatakan bahwa untuk stek tanaman melati jepang yang dilakukan berhasil. Hal ini dikarenakan bahwa tanaman
melati jepang ini mudah untuk hidup terutama dalam perbanyakan vegetatif yaitu metode stek. Dalam waktu ± 3 minggu, kita
dapat melihat tunas pada tanaman melati jepang ini.
3.
Bunga Aglaonema
Berdasarkan hasil stek pada tanaman aglaonema
dapat dikatakan hidup, hal ini disebabkan butuh waktu yang lebih lama untuk
tumbuh tunas butuh minimal 3 minggu untuk tanaman ini tumbuh tunas. Untuk
tanaman sampel 1 ataupun sampel 2, tanaman aglaonema telah tumbuh tunas.
Sehingga dapat dikatakan untuk stek tanaman aglaonema berhasil.
4.
Bunga Pucuk Merah
Stek bunga pucuk merah yang dilakukan dalam
praktikum tidak berhasil, sampel 1 maupun sampel 2 pucuk merahnya hidup. Sehingga
dapat dikatakan berhasil.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Sorgum merupakan genus yang
terdiri dari 20 spesies rumput-rumputan, berasal dari kawasan tropis hingga
subtropis di Afrika Timur, dengan satu spesies di antaranya berasal dari
Meksiko. Tanaman ini dibudidayakan di Eropa Selatan, Amerika Tengah dan Asia Selatan.
Sorgum (Sorghum bicolor L.) merupakan
salah satu jenis tanaman serealea yang mempunyai potensi besar untuk
dikembangkan di Indonesia karena mempunyai daerah adaptasi yang luas. Tanaman
sorgum toleran terhadap kekeringan dan genangan air, dapat berproduksi pada
lahan marginal, serta relatif tahan terhadap gangguan hama/ penyakit.
Kegiatan budidaya sorgum pada praktikum ini meliputi
kegiatan pembukaan lahan, pembuatan bedengan dan drainase dengan ukuran
bedengan 4 x 2m dan lebar drainase 50 cm, pemupukan dasar menggunakan 4 karung pupuk kandang untuk 15 bedengan, penanaman dengan jarak tanam 40x50
cm, perawatan, pemupukan lanjutan menggunakan Urea : 160 gr, TSP : 120 gr, KCl
: 80 gr, penyemprotan menggunakan pestisida Decis 1 ml untuk 1 L air, terakhir
kegiatan pemanenan dan pemanenan belum terlaksana.
Stek merupakan perbanyakan tanaman dengan menumbuhkan potongan
atau bagian tanaman seperti akar, batang atau pucuk sehingga menjadi tanaman
baru. Kegiatan penyetekan pada kegiatan praktikum ini menggunakan 4 jenis
tanaman, diantaranya yaitu Anggrek, Melati Jepang, Aglonema dan Pucuk Merah.
Penyetekan ini dapat dikatakan 80% berhasil karena hanya anggrek yang tidak
hidup. Hal ini dikarenakan kekurangan air karena serbuknya sedikit.
5.2 Saran
Sebaiknya dalam melakukan
kegiatan budidaya tanaman sorgum ini yang perlu diperhatikan yaitu
perawatannnya, mulai dari pemupukan, penyiraman maupun penyemprotan. Pemberian
pupuk harus dilakukan secara optimal, pemberian pupuk berguna untuk memberi
tambahan unsur hara bagi tanaman sehingga dapat meningkatkan produksi sorgum.
Kemudian pemberian pupuk anorganik seperti Urea, TSP, dan KCL harus sesuai
dosis karena kalau sembarangan dapat mengakibatkan kematian pada tanaman sorgum,
kegiatan penyiraman dilakukan setiap sore hari agar tanaman tidak mengalami
kekeringan, dalam kegiatan pembubunan harus dilakukan dengan baik agar tanaman
tidak mudah tumbang, dan selanjutnya kegiatan penyiangan juga penting dilakukan
agar gulma tidak menjadi pesaing dalam memperoleh unsur hara dan air yang
dibutuhkan oleh tanaman sorgum.
Dalam kegiatan stek yang harus diperhatikan yaitu tempat naungan dan
perawatannya, hal tersebut harus dilakukan karena tanaman stek ini sangat
rentan dan mudah mati.
DAFTAR
PUSTAKA
Lingga,
P. dan Marsono. 2001. Petunjuk Penggunaan
Pupuk. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Marsono dan P. Lingga. 2005. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta. Hal 8 dan 13.
Nazaruddin. 2000. Petunjuk Pemupukan Efektif. Agromedia
Pustaka, Tangerang.
Novizan, 2005. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Sastroutomo,
S.S. (1992). Pestisida: Dasar Dasar dan Dampak Penggunaannya, Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama: 18-20, 26-27.
Sutedjo, MM. 1999. Pupuk
dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.
Sutedjo,
M. M. 2002. Pupuk Dan Cara Penggunaan. Jakarta : Rineka Cipta.
Sirappa, M.P.
2003. Prospek pembangunan sorgum di
Indonesia sebagai komoditas alternatif untuk pangan, pakan, dan industri. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Jakarta. 22 (4) ;133-140.
Zulkarnain. (2009). Dasar-dasar Hortikultura.
Jakarta: Bumi Aksara
0 Komentar